pada kulit ujung jemari
terbaca jejak angin pada nurani
angin yang berhembus adalah saksi
Tentang suatu rasa jelita hati
anginlah, anginlah
yang memberikan mereka hidup
yang berhembus di mulut
yang sekarang mememberikan ruang kita hidup
wajahmu bernama
Hembusan nafas bidadari
dan matamu, para pencuri
yang melintasinya
dengan gerangan apa
wajah kau basuh maka warna kencana
kau basuh dia dengan air jernih
selebihnya tuhanlah yang lakukan
aku tak tahu bagaimana dan apabila
ia datang ke kalbu
cercah api pelan menyala
tapi tak nampak lidah cahaya
sebuah derita lembut kecil
di sini kupunyai bernama cinta
Bagaimana gerangan ia masuk tiba
maka sampai tak terasa derita yang tersiksa
bukan salahku tentu saja
kalau mawar ini jadi milikmu
sedangkan wanginya berasal dari diriku
Kuberikan Selalu untuk Dewi yang kupuja(EA)
Depok 12 Maret 2008
~ Dear to my lovely bidadari ~
Label: Puisi Cinta
0 komentar:
Posting Komentar