Kutemukansebuah kertas surat kumal telah termakan oleh waktu yang jatuh dari arsip lamaku saat aku membereskan tumpukan kertas di kamarku. dan kubaca sebuah surat itu.
"Aku yang selalu menunggu ketika kau pulang dengan segenap tenaga mengayun kakiku agar langkah
sepeda motor mus berputar semakin cepat dan membuatmu nyaman akan selalu bersamaku, itu janjiku
ketika kau berikan cintamu kepadaku. Aku pun yang selalu menjadi pelabuhan ketika kau merasa sedih dan senang. ku ucapkan terimakasih atas cinta yang kau berikan, dan kau datang di saaat yang tepat saat aku hancur dengan kekasihku.
Sepenggal kisah cinta yang kita alami walau berakhir tidak akan pernah hilang untuk selamanya.
Setahun atau pun seribu tahun kemudian ketika jasadku menyentuh tanah dan kembali bangun, cintamu akan selalu abadi dalam hidupku.
Salam Cinta Astried Suwandri"
Sepenggal kertas kusam itu menceritakan kisah laluku yang sangat indah dengan Astried Suwandri, seorang yang hadir dalam kisah ku yag dulu segelumit kisah yang sangat teringini batin ini.
kertas kusam itu membuka lembaran kisah lamanya yang telah tersimpan rapi dalam lemari kotak bersejarah yang menjadi saksi hidup ketika cinta kembali bersemi setelah peninggalan (Alm) Wida seorang calon pengantin ku yang berpulang saat kami akan menikah. pertama kali bersemi sepuluh tahun lamanya dulu.teringat olehnya seorang wanita yang pernah menjadi bagian indah dalam sejarah hidupku hingga kini abadi tidak terlupakan.
Kini sepuluh tahun lamanya telah berlalu, dunia telah berubah, zaman telah berubah bahkan wajahnya pun mulai pudar dalam bayangan ingatanku. Mimpi kembali mempertemukan kami walau hanya sekejab bayangan itu kembali seolah memanggilku untuk kembali mencarinya. Tapi dimana.. dimana akan ku cari? Inilah jawaban yang tak pernah kudapatkan. (EA)
************************************************
Aku menarik nafas panjang memulai awal mula aku berkerja ditempat baruku. Aku menyebutnya sebagai awal hidup setelah aku menikah. Rutinitas baru dan segalanya sungguh baru, setelah mengerti dengan jenis pekerjaan yang harus aku lakukan dan kini aku mendapat posisi Manajerial seperti yang aku impikan selama ini. aku kembali ke kantorku melalui sebuah lift yang cukup panjang , bandingkan sendiri sebuah kantor besar dengan gedung 60 lantai. Perjalanan panjang menuju kembali ke ruangku.
Tidak ada yang aneh untuk saat ini. Namun ketika sebuah pintu lift terbuka dengan seorang wanita muncul, membuatku mencuri pandang sesaat akan sosok wanita itu. Terasa tidak asing, ditambah senyumnya seolah memberikan kehangatan di ruang dingin ini.untuk sesaat aku mulai menduga duga siapa gerangan wanita ini. Mengapa aku begitu seolah mengenalnya.
“Maaf sepertinya anda mengikutin saya terus..!!” ujar wanita itu
“oh tidak.. maaf.. saya…!!” aku mencari alasan
“anda kenapa..!!” ujarnya
“tidak.. saya Cuma pengen ke…!” ujarku bingung
“anda ingin ikut saya juga ke wc wanitan..!” wanita itu menunjukkan dirinya seolah berada tepat di garis pengumuman besar Toilet wanita
“maaf.. bukan maksud saya..!” aku merasa malu tak menyadari berada di depan toilet wanita..
“ok kalau gitu bisa biarkan saya tenang di dalam toilet ini!!”
“oh ya silakan..!” aku tersenyum malu
Terlalu mengikuti naluriku tak menyadari berada didepan toilet wanita membuatku malu tak berujung. Dengan tarikan nafas akhirnya aku pun perlahan meninggalkan wanita itu. Sesekali aku mencoba untuk berbalik berharap dia mau mengenalku walau hanya sesaat untuk membuang rasa penasaranku akan dia. Dan tanpa kusadari wanita itu meliriku sekilas sambil tersenyum di balik pintu toilet.
Aku merasa seperti pernah dekat denganya, mirip seperti dalam mimpi-mimpiku. dengan nakal kucuri-curi pandang pada dia. untuk meyakinkan diri ini.
"Pak. DJoko, maaf ini surat dari bapak direktur tentang rencana audit tahunan anda"
"oh.. i..ya" jawab ku tergagap karena terguran lita sekretraris Direktur itu membuyarkan lamunanku.
"dan ini rencana Budget, dan target dari department ini dalam satu tahun" ucap lita kembali menjelaskan Rencana kerja dan Budget Department yang aku minta persetujuan Dari Directur Keuangna.
"oke Bu lita, terimakasih" ucapku merespon pemberian laporan yang diberikan kepadaku.(EA)
*****************************************
Pulang kantor, ku lihat wanita yang kulihat di depan lift pagi tadi sedang duduk sendiri di cafe dekat kantor sedang menikmati segelas Jus alpukat waktu itu. aku coba menyapa wanita yang kutemui saat pertama ku menjejakan kakiku di kantor ini. "Maaf, apakah kamu Astried" aku coba menyapanya. "ya saya Astried" jawabnya deangan lugas saat itu.
Postur tubunhnya tak berubah sedikitpun. Wajah dan senyumyapun tak berubah. Hanya terlihat sedikit lebih dewasa. Selain itu semuanya masih sama seperti waktu yang lalu. Saat ini matanya menatapku tanpa berkedip, begitu juga denganku. Aku benci melihat tatapan matanya. Tatapannya begitu tajam. Tatapan yang selalu membuatku luluh.
"Kamu siapa ya.."tanya mungkin dia telah melupakan ku. "saya Manager Audit baru disini" ucapku.
" Oh Ada Apa ya" tanya kembali.
"Kamu Astried Suwandri" aku menegas kan kembali bahwa sosok di depan ku adalah Astried, seseok Cintaku yang ku tinggal menikah karena keinginan Orang tuaku. dan kupersiap kan diri untuk sesuatu yang terjadi.
"kamu Ingat Aku?" tanyaku mencoba menanyakannya kepadanya. "Tidak" jawabnya kepada ku saat itu.Wah waktu yang terlalu lama atau kepedihan yang sangat dalam yang membuatnya melupakan aku. "Aku Djoko Susilo...." ucapku. dan kulihat Wajah astrid berubah dan mengernyikat mukanya seakan dia berpikir sesuatu.
"Mas.. Djo...ko" ucapny dengan sedikit terbata kepadaku. seakan tidak mempercayai seseorang yang ada didepannya adalah aku.
“Kok diem?” tanyaku memecah keheningan diantara kami berdua. Tapi Astrid belum bereaksi. Entah masih tak percaya dengan kedatanganku atau karena menahan kekagetan hatinya melihat aku berdiri di hadapannya lagi.
“Astried??” tegurku lagi. Sedetik kemudian dia mulai tersadar dari lamunannya. tanpa berkata aku sudah mengerti apa yang ingin ia tanyakan. Aku langsung mengangguk. Pada anggukan pertama, airmataku sudah ikut mengalir. Tanpa sadar ia langsung meraihku dalam pelukannya dan aku mulai menagis disana. Ternyata rasanya masih sama seperti sepuluh tahun lalu. Tak ada yang berubah. Setidaknya itulah yang kuinginkan saat ini.
"kenapa kamu datang lagi mas, setelah kamu dulu menghancurkan aku" ucapnya kepadaku.
"maaf Astried... biar aku menjelaskan " UCapku kepadanya,
"MAAF!" Suara Astrid pun meninggi.
"Kamu mengatakan maaf setelah apa yang kamu lakukan?" dengan suara tinggi beruapa sebuah pertanyaan.
Aku tak menjawab pertanyaan itu, karena aku pun tak tahu harus menjawab atau berkata apa selain "maaf" atas apa yang aku lakukan.
"Kita udah pacaran selama setahunan waktu itu dan kamu tiba-tiba bilang kalau kamu harus menikahi orang lain. Kamu tuh maunya apa sih?" kata Astried dengan nada yang sama kerasnya diiringi isak tangis sesekali. dan kulihat ruangan Kafe di dalam gedung kantor mulai sepi.
Kami memang dulu pernah berpacaran selama setahun, tapi selama itu juga aku telah mengkhianatinya beberapa kali. Isak tangis Astried semakin sering. Matanya tak sanggup menahan air mata yang mengalir dari kesedihannya.Aku tahu bahwa yang pernah aku perbuat membuatnya sedih, hanya saja hal itu baru ku sadari kini. Setelah aku mengaku semua perbuatanku padanya.
"pada awalnya , kamu yang selalu nolak lebih serius. Tapi waktu malah kamu yang mengkhianati aku. Aku..." katanya yang tak menyelesaikan kalimatnya karena air mata kesedihan semakin mengalir kencang. seakan menumpahkan kekesalannya kepadaku yang tidak pernah terungkap semenjak aku menikah
"Orang tuaku memaksaku Tried. Aku sudah mencoba menolaknya, tetapi aku di hujat orang tua ku habis-habisan, dan orang tuaku mengancam bunuh diri," kataku dengan jujur mengatakan alasanku untuk menikahi orang lain selain Astrid pacarku yang aku sayangi. Dan Aku dan Astried telah menjalin hubungan indah Selama kurang lebih satu tahun kisah indah yang selalu terukir dalam memori hatiku.
Setelah berkata itu, aku memejamkan mataku sembari berharap tamparan melayang di pipiku, meski aku tahu aku lebih berhak menerima lebih dari itu. Tapi tamparan itu tak pernah datang.
“Jadi Apakah aku harus hamil dulu biar kita bisa menikah? Maaf, buat aku, itu sama sekali bukan sebuah pilihan,” bentak Astried lalu berlari menjauhiku dan meninggalkan air matanya dalam jejak pelarian itu.
Aku ingin sekali mengejar dirinya, tapi aku tak mungkin melakukan itu. Aku tak mau mengkhianati cinta untuk yang kedua kalinya. Aku memang selingkuh dengan orang lain yang memberikan hubungan yang lebih intim, meski rasa sayangku lebih besar pada Astried. Aku terlalu membiarkan gairahku menyesatkan cinta yang aku miliki.
Seandainya dia menanyakan apakah Aku mencintai Istirku, Sungguh! Tapi Istiriku ada di posisi nomor dua, sedangkan dia masih terus bertahan dan selalu menduduki hatiku selalu menjadi yang pertama. Aku benci mengakui itu. Sudah beribu-ribu cara aku lakukan untuk melupakannya tapi tak ada satupun yang berhasil. Sampai satu titik aku merasa lelah dan aku tersadar. Aku harus tetap menjalani hidupku.dengan atau tanpanya.
Walau kini harus kujalani hidup 1 kantor dengan astried, yang ada duniaku akan terus berkecambuk antara penyesalan cinta yang ada. Sudahlah. Alasan apapun yang aku berikan tak akan mampu mengusir kesedihan Astried dan tidak akan mampu menghapus kesalahanku. Aku pun hanya mampu berkata, "maaf, aku tak bisa menikahi dengan dirimu". Lebih baik aku jalani hidupku daripada harus memberikan alasan-alasan yang tak berarti untuk Astried dan juga untuk diriku.
Biarlah Dia menjadi indah dalam kenangan yang selalu bermain dan berputar dalam ingatan ku, tentang kejadian lampau yang masih kuat akan angan ku yang begitu menginginkannya menjadi istriku. Biarlah aku tetap Mencintaimu dalam Relung hati, walau terus dalam penyesalan dan Keperihan Yang Dalam. Dan aku akan terus mengatakan dalam hatiku, Teruslah Menjadi Kekasih Hati Dalam nurani, Dan Semoga aku hanya bisa berharap ada seseorang yang bisa membahagiakan mu Cintaku.(EA)
Cerpen ini hanya fiktif belaka, Jika ada kesamaan Nama tokoh, Pristiwa, adalah kebetulan belaka, Dan jika terdapat Tanggapan, Celaan, atau kritik Harap dikirim langsung pada email erwinarianto@gmail.com. Terimakasih
Depok 7 Mei 2008
Label: Cerpen
0 komentar:
Posting Komentar