Bersurat cinta dan sebuah nada keinginan
0 komentar Diposting oleh Erwin Arianto di Jumat, Maret 27, 2009Ketika kau berdendang sebuah bintang
bagai titik terang diujung malam
Derai lari waktu menderu mendentam
Mengingat sebuah kisah indah gemilang menerang
Kukirimkan sebuah rindu dari kejauhan
Bersurat cinta dan sebuah nada keinginan
Dalam tatap mata mata yang sembab
Berlari dan kehilangan sebuah harap
Awal pagi itu adalah terakhir kunatap
Sebuah mata indah yang begitu berharap
Semua kan hilang bagai kenanganan
pada bahtera sebuah kehilangan
Biar ku kayuh sampan tak berlabuh
Mengikuti riak sungai yang membiru
Sekulum senyum remuk dari hati yang syahdu
Merelekan semua menjadi sebuah kisah bisu
Depok, 25 Maret 2009
Erwin Arianto
Selintas rindu meradang
Tak tahu arah mana dia datang
telah jauh kulangkahkan kaki
Untuk menghindari bayangmu bidadari
Seribu langkah talah tertempuh
Seribu rasa telah terbunuh
Seribu Rindu semakin bertumbuh
teriring rinduku padamu
Dalam satu cinta
tersirat semua rasa
Tertafsir keinginan bersama
Terhalang takdir tak bersama
Kini walau jemariku tak bisa menyentuh
Hatiku tak jua menjauh
Walau kubunuh dengan dusta
Tapi cintamu tak pernah sirna
Oh pergi lah rinduku
Aku tersiksa dalam keinginan itu
Rindu yang menggebu
Membawa keingan pada waktu itu
Pergilah pergilah rinduku
Jangan kau kembali hampiri diriku
karena sudah terlarang untuku
Label: Puisi Cinta
Riuh melodi rindu kian menggebu
Melepas jejak jalan yang berabu
Saat hati tak bisa bersatu
Saat mata tak bisa bertemu
Sebuah kerinduan membuncah dalam kalbu
Aku sangat merindumu
Seperti malam merindu pagi
Seperti punguk merindu bulan
Sejuta nuansa hati bersatu
Dalam sejuta tanya dan permainan rasa
Aku merindumu kekasih
dan aku terus berteriak dalam hening
Tak adakah suara datang kepadamu
menceritakan rasa rindu yang tertuang
Dalam sebuah bait kata yang meradang
Kepada sebuah cinta yang terhalang
Aku merindumu kasih
Saat aku menelusuri ruang rinduku padamu
sebuah kerinduan yang terpancar pada indahnya bayangmu
dan tak akan lekang dalam satu hitungan waktu
Label: Puisi Cinta
hingga tiada satupun tahu pada satu bilangan waktu
0 komentar Diposting oleh Erwin Arianto di Selasa, Maret 17, 2009Lelehan air mata itu mengiris ruas sembilu
dalam sayatan-sayatan tipis memilu
terlihat paras kehilangan wajah lugu itu
Yang telah pergi berkesan semu
Kubelai helaian rambut wangimu
tercium semerbak wangi bunga ungu
Sebuah hati tak bisa menahan gejolak hati mengugu
Memberi sebuah rasa yang selalu bertumpu
Tapi kini rasa telah tertinggal hatimu
teralun tangis yang memilu
Kudekap nuansa kejora malam aroma lalu
Tentang cinta yang sudah tertutup di balik pintu
kini semua hanya sebuah cerita bisu
akankah lagi terdengar lantunan sebuah lagu
menyeruak keluar dalam sebuah kisah yang satu
Kisah cinta angin dan bidadari telah berlalu
sejuta ingin menjadi satu
Dalam iringan sebuah cinta yang lalu
Salam dan cintaku untuk mu selalu
hingga tiada satupun tahu pada satu bilangan waktu
Label: Puisi Cinta