IqEwVr5RYHY5lcozd7fQs7f4kHQ
2009 - Bisik Angin Tuk Bidadari

semilir angin getar merengkah
gelora renjana teramat sangat
dalam pacu-pacu waktu yang tak tertahankan
pada bilik ruang yang tak ternampakan

jujur aku merindukanmu
ketika tahu semua telah jauh berlalu
ku cari bayanganmu
ketika malam tak lagi menampakkan wajah lugu

Kerinduan tanpa batas menghantui hari-hariku menembus
alam dimensi Fana yang tak terelakan
Kerinduan tanpa batas membawaku jatuh ke garis titik nadir
dalam kehidupan yang terus berlari tanpa henti

ku sadari kini
Ada Dinding pemisah yang tebal antara aku dan kamu
kini ada mereka untuk mu dan ada mereka untuk ku
membuat semua tak mungkin kembali lagi

Walau jauh di lubuk hati
Aku tetap mencintai mu, dengan sejuta rasa
Walau ku tahu cintamu kini untuknya dan dia
begitu juga cintaku untuknya dan dia pula
Dengan sebait laras hati kutetap ucapkan
Aku tetap mencintaimu diantara mereka-mereka yang telah hadir

Depok 30 Desember 2009
ERWIN Arianto
http://coretanpena-erwin.blogspot.com

ketika keresahan ku datang
tak tau kemana tempat ku mengadu
ingin ku cerita kan kepada dia
tapi kuasa jua mendapat jawabnya

ku coba bercerita kepada lainya
tapi jawabnya tetap sama
tak ada pengobat resah yang ada
yang semakin lama semakin membahana

Terus mencari dan mencari tempat mengadu
Tetapi tak hilang perih dan sendu
terkadang jua hati terus bimbang
dengan sejuta tanya menghadang

Pada suatu ketika nurani bercerita
tentang suatu asa yang hilang
yang terbang hilang tak terbilang
ya dialah yang maha pencipta

Dia lah yang bisa jawab sejuta ragu dan sendu
DIalah yang bisa membantu tanpa minta dibantu
Tuhan ku serahkan dan pasrahkan segala yang ada
Karena hanya Engkau yang tau jalan hidupku ya Tuhanku

Depok 30 Dec 2009
Erwin Ariant



Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(KapanLagi.com)

Kalis rindu


ku berjumpa dengan rindu
Dalam Suasana riuh dan berdebu
di ruang hampa tak menentu
Ketika semua lama berlalu


ia terkejut menatapku
Ia Seperti Tersipu ia tersenyum malu
Dalam Alur detik sang waktu

Kalis rindu
Kalis pilu
Pendam rindu
Pendam pilu

Rindu dengan rona merah jambu
Melempar senyum tak tau
Dia bertanya kepadaku
Mengapa tak kau selimuti dirimu dengan pasrah
Aku tak tahu jawab ku
Rasanya ini tak semudah yang kau bilang
Karena aku masih sayang

Seperti Embun

Aroma Subuh Begitu Indah
Ketika Mentari masih bermalas di peraduan
Sebuah Hati diam disudut bisu
Mencoba mengerti makna yang terjadi

Sebuah hati bertanya
Benarkah ini sebuah cinta
Saat semua mempesona
Saat semua bahagia
Saat Aku Larut di dalamnya

Ya menyegarkan seperti tetes embun
Memberi nuansa menyegarkan dalam diri
Memberi Kebahagian terpatri dalam lubuk Hati
Membawa ku terbang melayang dalam langit jauh dari bumi

Tapi Benar seperti embun
Yang ada hanya pada pagi subuh
Sekejap dan seketika hanya
Terbuaikan dalam suasana Fana

Sebuah cinta Bagai embun
Suci, dingin dan sejernih mutiara
Hadir sepertiga malam
Berlalu di saat fajar tiba..
Selamat jalan Embun hati ku

Untuk sebuah kenangan yang menyegarkan seperti embun

begitu singkat aku mencintaimu
dengan cinta yang sepenuh hati ku padamu
dengan aroma rasa yang memenjara
Dengan seribu pesona begitu menggoda

Begitu singkat kita bersama sayang
Karena kita sangat bahagaia
Berdua bersama merekah setiap mimpi
Berdua menjalani waktu berlari

Begitu cepat pertemuan kita cinta
Begitu cepat waktu kala ku bersamamu
Begitu cepat Ku jatuh cinta padamu
Begitu cepat ku serahkan hatiku padamu cinta

Begitu ku merindu mu kasih
Dua bola mata indah yang selalu ketatap
Bibir merah mu yang biasa ku kecup
Dan hati itu biasa ku bersandar

Aku merindu Cinta
Merindu cinta kita yang sangat singkat
Tapi begitu membekas dan terpartri
Dalam dinding hati dan tak akan pernah mati
Aku Mencintai mu sayang Kemarin, sekarang dan Nanti

Mengapa kau harus hadir dalam waktu yang salah
Saat palu waktu telah terketuk aku untuknya
dan percikan sebuah rasa yang menggoda
Membuat aku semakin terpana

APakah ini ujian sayang
Atau ini goresan takdir tuhan
Tapi mengapa kau begitu indah
Walau pada akhirnya harus hilang terbang

Tak ada penyesalan ku karena pernah menyintaimu
Berbagi rasa dan cinta ku padamu
Begitu banyak ceria kau berikan padaku
Walau ku balas dengan seribu dukaku padamu

Maafkan Aku cinta
Karena semua cerita kita tak berakhir bahagia
Maafkan aku cinta
Karena aku telah membuat mu merana

Pergilah dengan nya cinta
Walau hati ini sangat tak rela menerima
Kenanglah aku cinta
dengan cinta yang penuh dengan sejuta pesona

kutemukan sehelai sayap bidadari yang tertinggal
dalam satu alunan kisah yang pernah terangkai
kisah yang menawan melenakan hasrat tak tersangkal
seperti indahnya pelangi pada senja yang semarak

Walau roda waktu telah jauh berputar
Mengapa rasa itu masih Menerbangkan raga indrawi
Bidadari nampak nyata bermain dalam fana imajinasi
Mengajaku berdansa dan menari dalam nuansa tak terlukiskan

Sesaat hujan di kebun-kebun cinta kita dulu yang terbengkalai
Kembali merengkah bunga-bunga asa melayang terbawa
Sungguhkah ini sebuah mawar indah seperti dulu
atau hanya bagai kaktus yang hanya menyisakan duri

Mungkin dulu angin telah terbang berlari
Meninggalkan bidadari bercucur air mata sendiri
karena Hujan telah jatuh ke bumi
Membatasi sebuah takdir yang telah terjadi

Huhhh…mengapa ini harus terjadi
Kembali asa melayang pada pertemuan maya itu
Dimana angin dan bidadari hanya menjadi sebuah tragedi hati
Yang menyisakan perih dan rasa rindu diri

Tetap Ada Cinta uNTUKNYa
MENGALIR bagai sungai yang tak bertepi
Lembut beraroma kasih laksa terbang diangkasa
Berpancar sinar sayang dalam deru-deru rasa

Tetap Ada cinta untuknya
Selalu di setiap waktu yang terus berlari dalam pupus
kan selalu menyinarinya sepanjang hari
dan tak akan pernah berlalu

Tetap Ada Cinta Untuknya
walau dia telah hilang terbang bersama gugusan geminta
tapi rasa ini tak akan hilang
tetap hidip dan takan hilang lekang

Tetap ada cinta untuknya
Walau dia telah bersamanya
Aku kan setia memberi rasa ini kepadanya
Hingga akhir waktu dunia

Tetap Ada Cinta Untuknya
Untuk seseorang disana
yang telah menaklukan hatiku
Dan tak akan pernah pudar dan pupus layu
Satu Cinta selalu untuk bidadari ku yang telah terbang

senja di Bilangan Cawang
Kali Ini hati tiada mencari cinta
Diatara jembatan dan gedung-gedung
Tak ada bekas aroma rasa

Pada Pelataran ruang penyimpanan roda
telah hilang jejas dan bekas
Aku mencari untuk menemukan
Tak ada noktah romansa yang tersisa

Sebuah rindu yang lalu
Berjalan dalam sepi dan gerimis
Mengenang perjumpa dua hati mencinta
pada satu halte cinta yang manis

Ada tiup angin menghembusku
Ada desir debu menggebu
Ada banyak mata menatapku
Aku tak menjumpanya lagi

Kini Semua Telah hilang pergi
Aku hanya menapak tilas
Jejak rindu lenyap tak berbekas
Hati hanya berkata semua telah berlalu

Depok 10 Juni 2009
Erwin Arianto
http://coretanpena-erwin.blogspot.com

Aku hanya manusia biasa
Aku memiliki sebuah hati
Aku memiliki sebuah rasa
yang tertuju untuk mu bidadari

Aku hanya Manusia biasa
Yang tak bisa tawarkan surga
Tak bisa membawamu terbang ke angkasa
Karena yang kupunya hanya cinta

Aku Hanya Manusia Biasa
Yang tak dapat menembus ruang waktu
Hanya untuk berjumpa dengan kamu
Tapi aku selalu mempunyai rindu untuk mu

Aku Hanya Manusia Biasa
aku hanya mempunyai cinta biasa
Cinta yang selalu kupegang kukuh
tak terganti hingga akhir waktu
Karena cinta ku hanya satu
Cinta untukmu bidadari hatiku


Waktu terus berlalu, tanpa bisa ku hentikan sedikit pun, aku hanyalah anak lelaki dari tujuh bersaudara, ayahku hanya seorang petani penyewa ladang, yang harus membayar kepada juragan karta agar sawahnya bisa digarap, sebenarnyanya ayah mempunyai sepetak sawah kecil yang telah digadaikan untuk membayar biaya sekolahku kerana biaya sekolah disini sangatlah berat bagi ayah yang hanya petani kecil dengan 7 anaknya, ya memang yang tersisa tinggal lima, dua kakakku telah pergi merantau katanya mau merubah nasih, tapi entahlah sampai sekarang tidak pernah pulang, entah telah berhasil atau memang telah hilang di makan perantauan.

"Tegar, kenapa kamu melamun" sapa seorang kawan saat SMK tempat ku belajar telah memberi ku selembar Ijasah yah memang itu yang selama ini aku perjuangkan selama tiga tahun aku sekolah di smk ini, sesuai dengan anjuran pemerintah yang katanya sekolah biar pinter, tapi setelah pinter aku harus apa? aku tidak bisa hidup dengan pintar, atau selembar ijasah ini, tapi aku harus hidup, aku butuh makan, dan keluarga ku pun butuh makan, katanya dengan sekolah bisa memperbaiki kehidupan kami kenyataanya apa, semua omongan pemerintah adalah bohong, kataku berterik, aku tak bisa makan ijasah, ucapku.

"Nak, kamu sudah lulus, coba kamu cari kerja buat bantu bapak mbiayai empat adik kamu" ucap bapak pagi itu didipan bambu itu, aku hanya diam dan tertunduk lesu, "iya pak" jawab ku. Sebulan telah berlalu, aku sudah sudah dah berkeliling dari satu perusahaan lain di kotaku, semua perushanan memberiku jawaban klasik:

“Ekonomi sedang sulit. Tidak ada lowongan.”

Aku sebagai remaja yang menuju besar tak tahu apa yang harus ku lakukan, usaha sudah kulakukan, bahkan tabungan ku hasil menjadi kuli anggkut dipasar telah aku pergunakan untuk menulis beribu lamaran, dan aku pernah menyogok seorang yang menawariku pekerjaan tapi hasilnya adalah nihil hanya kecewaan yang aku dapati, dan juga hasilnya aku berkelahi memukuli orang itu sampai hampir mati, kalau tidak di lerai seorang polisi yang melintas mungkin aku sudah menjadi pembunuh.

“Kita hanya bisa berikhtiar, Tegar,” kata ayah. Ayah Tangannya sudah berkeriput namun tenaganya bekerja di sawah masih luar biasa. Aku tahu diri. Selama bersekolah akupun sering juga membantu ayahnya di sawah, dan juga menanam sayuran di sepetak kebun kosong di tanah tempat mereka menumpang mendirikan rumah. Tanah itu mereka pinjam atas kebaikan pemilik sawah yang mereka garap yang kebetulan juga memmpunyai beberapa petak kebun kosong di kota itu. Katanya, tanah-tanah itu untuk tabungan anak-anak mereka kalau mereka sudah dewasa. Hebatnya juragan tanah itu, sedang aku dan keluarga hidup sangat pas-pasan, bahkan kami termaksud keluarga yang mendapat BLT, atau Golongan keluarga yang miskin.

“Coba minta tolong Pak supri,” kata ayah. “Ada penerimaan pegawai baru mungkin beliau dapat menolong.”

Dan aku memang sudah menghadap Pak supri, tetapi lelaki itu hanya mengangkat kepalanya dan berkata: “Wah, maaf, Bapak tak punya jaringan di sini.”

akupun bisa memahani kata-kata lelaki itu. Teman-temannya mengatakan, kalau tak ada koneksi mana mungkin bisa diterima. Jadi dia mahfum. memang sekarang semua harus ada Uang, dan Koneksi, aku pernah membaca dalam koran disekolah katanya reformasi itu memberantas KKN, tapi kenyataanya keadaan saat ini lebih parah, susah cari kerja, susah cari uang, bahkan untuk kami rakyat kecil kami susah untuk hidup.

"Ya Allah dimana letak keagunganmu, dimana letak keadilanmu Tuhan, apakah aku dan keluarga ku harus selalu hidup dalam himpitan kemiskinan Tuhan " ungkapku marah, kareana aku belum juga mendapat pekerjaan, "aku benci padamu ya Allah, dan aku berjanji tak akan menyembahmu lagi, kau sering mempermainkan hambamu yang susah Ya Allah" ucapku

Dalam keadaan dimana akalku tak bisa merapal lagi benar dan salah maka aku pun ikut serta ketika si udin sahabat kecil ku untuk mengitkutinya berlatih suatu ilmu, ya sebuah Ilmu hitam. pada seorang guru, entah guru apa itu namanya karena Guru yang ini lain. aku harus mengikutinya bergadang sampai menjelang pagi, sering di hutan atau ditepi sungai. Sering gurun mengajakku berendam di air sungai semalam suntuk tanpa boleh mengantuk dengan merapalkan bacaan-bacaan yang harus dihafalnya. Entah berapa pekan berapa bulan hal itu Aku akukana, dan selama itu aku meninggalkan rumah dengan pesan:


“AKu mau belajar hidup. Ayah jangan cari sebab saya baik-baik saja. Kalau sudah berhasil pasti saya pulang.”

Berhasil. Itu harapan dan keyakinan Ku. Aku juga bertani membantu guru mencuci pakaiannya, berpuasa, berlatih sepanjang malam. Dan sampailah hari ujian itu. Mereka duduk berdua di bawah gemintang di langit, di hamparan padang yang luas. Tak terdengar bunyi apa selain suara jengkerik. Setelah berdiam diri berdua lebih dari tiga jam lamanya, gurunya berkata:

“Kamu lulus, Kamu harus mempratekkan ilmumu sendiri, dan semuanya tergantung padamu apa kamu akan berhasil atau tidak. Seberangilah laut dan ujilah dirimu dalam praktek di kota besar di sana"

Akhirnya dengan modal kenekatan ku, aku berlari dan merantau hanya berbekal baju di badan, aku menumpang pada sebuah truk pengangkut sayuran menuju kota yang ku idam-idamkan dengan mimpi membawa perubahan dalam hidupku ini,

“Mau apa ke kota le?” tanya supir itu kepada ku

“Cari Kerja agar dapat penghasilan.” ujarku

“Punya keluarga atau teman disana di kota?” tanyanya lagi

“Tidak.” jawabku sambil sedikit mengantuk

“Lalu, mau tinggal di mana.” aku hanya diam dan supir itu seperti mengerti bahwa aku hanya bermodal nekat disana.

***********************

Satu minggu aku sudah di jakarta, hidup dari jalan-ke jalan lain, aku hanya berjalan dan beristirahat dari satu toko ke toko lain, aku sudah mencoba bekerja menjadi seorang juru parkir, tapi ketika aku bekerja segerombolan orang datang menghampiriku

"eh loe siapa, nyerobot lahan parkir gue" ujar orang itu membentak sambil menghujam pukulan ke tangan ku, aku bisa melumpuhkanya, tapi gerombolan orang itu terlalu banyak mungkin 7-9 orang karena fikirku tak mungkin menang aku pun berlari menghindar semua itu.

Dan tibalah aku di kawasan penuh sampah, sambil melihat orang-orang disana memunguti sampah, aku pun bertanya kepada beberpa orang sekitar, untuk apa bu munguti sampah? tanya ku kepada orang-orang sekitar, untuk di jual mencari makan nak, ujar seorang ibu kepadaku.

Karena tak ada uang aku pun ikut melakukan nya aku ikut memulung dan menjual sampah itu kepda cukong yang gemuk itu, tapi dalam hatiku menjerit apakah ini yang harus aku lakukan, lari dari kampung hanya untuk jadi pemulung batin ku berteriak.

Kulewati malam dengan menyelusuri perumahan megah, tergoda aku dengan ilmu yang diberikan oleh guru Rumah-rumah megah berderet. pasti mereka orang kaya. Di bawah pohon di seberang jalan aku duduk beristirahat lalu menutup matanya. Kemudian setelah mengucap rapal aku bangkit dari duduk, dengan tenang menyeberang jalan dan masuk ke pekarangan rumah itu dengan memanjat pagar depannya. Tak ada salak anjing hanya suara jengkerik yang tiba-tiba berhenti. ku panjat tembok samping lalu naik ke atas atap dan menunggu lagi beberapa saat. Di langit hanya gemintang, bulan tak nampak. Mulailah aku menggeser beberapa genting, memotong dua bilah kayu reng dan masuk ke langit-langit rumah dari lubang menganga itu. kudengardengkur dari salah satu kamar aky perkirakan dimana ruang tengah. Tak ada bunyi tv. Kemudian pelahan Aku menemukan penutup langit-langit dan menggesernya sedikit. Dari tempatnya dia bisa mengintip ruang yang ditujunya: kamar makan. Dia turun dengan cekatan dan dengan keyakinan penuh duduk di kursi meja makan. Pesan gurunya, dia tak boleh ragu dalam bekerja.

Ternyata di atas meja makan, di bawah tutup saji, dia menemukan lauk: ayam goreng, sayur terong, tempe goreng, dan sambal. Nasi rupanya harus diambil dari penanak nasi listrik di dekat dinding. Dia mengisi piring penuh dengan nasi panas dan kembali ke meja makan, dan menyambar ayam goreng, sayur terong dan tempe goreng. Dimakannya dengan lahap sampai perutnya terasa penuh. Dia merasa puas.

Sesudah itu dia ingat pesan gurunya, maka tanpa basa-basi di ruang yang sama dia melorotkan celananya dan berhajad besar. Bau menyengat disambutnya dengan senyum. Setelah itu dia berhasil memasuki salah satu kamar. Seorang perempuan tidur di situ. Lelap. Dengan mudah dia membuka almari pakaian dan menemukan sejumlah kotak perhiasan berisi gelang dan kalung yang segera berpindah ke dalam saku celana ku.

"luar biasa emas ini pasti cukup untuk membuka usaha" pikirku, setelah itu aku keluar tanpa ketahuan oleh pemilik rumah, antara takut dan cemas ketahuan orang aku melompat pagar. tiba-tiba satpam komplek memergoki, "maling-maling....." terikanya hingga membangunkan seluruh warga semua warga ikut mengejarku, dan polisi jalan raya ikut pula membantuku.

"dor..dor..dor" letusan tembakan peringatan dikeluarkan tapi aku tak peduli, aku lari, aku takut tuhan, aku tak ingin mati, Sebuah timah panas mengenai kakiku, tapi akuk tetap terus berlari, hingga sebuah kali besar di hadapinku, tak ada fikiran lain aku melompat dan menceburkan diri, didalam deras arus sungai nafasku timbul dan tenggelam... "aku pasrah tuhan, aku pasrah jika aku mati kali ini" ucapku, "tuhan masihkah Dia mau membantuku, bukanya aku semenjak selesai sekolah aku mengutuknya, mungkinkah dia ada

"Nak kamu masih hidupkah" tanya seorang kakek tua kepadaku, "aku diam dan membisu dengan memandang kakiku dan tubuh ku yang menggigil. "saya tidak apa-apa kek" jawabku, kamu kenapa nak, "aku terjatuh dan tertembak penjahat kek", ujarku berdusta kakek tua yang bijaksana itu membantu merawatku hingga sembuh.

"Kamu dari mana nak?" tanya kakek itu yang ternyata dia tinggal sebatang kara tak punya keluarga, tapi dia memiliki usaha yang cukup maju, saya dari desa kek, saya sendiri disini kek" setelah kejadian itu kakek tua itu menjadikanku sebagai Cucu, lalu dia bercerita bahwa istrinya telah meninggal dan anaknya hilang ketika musibah sunami 15 tahun lalu entah berada dimana liburan ke jawa, hingga dia tidak memiliki siapapun. dia bercerita bahwa harta yang dimilikinya tak membawanya bahagia, dia hanya bekerja untuk mengisi hari-harinya, dia merindukan anak.

Aku teringat ibu, ayah dan adiku dikampung disana mereka hidup bersama dalam kebahagian walau dalam keadaan kekuarnagan, etlah kejadian itu kakek tua tersebut mengijinkan aku mengelola usahanya, dan suatu hari aku berbicara kepada kakek itu dan mengatakan bahwa aku rindu ayahku, aku ingin pulang ke desa, dan kakek tua itu yang bernama Suganda ikut pergi ke kampungku.

Ini kek kampung ku, disana aku mempunyai 5 adik-adik yang masih kecil, dan bapakku hanya seorang petani, ketika masuk rumah bilik bambu, Suganda ulur tangan kakek itu, Karta Ucap ayah ketika aku memperkenalkan ayah dan kakek suganda, ada hal aneh ketika kakek suganda melihat ayah... "Kamu karta.." ucapnya sambil terus menatap ayah..

"ya saya karta..." kamu siapa jawab ayah bingung..." saya suganda, ayah mu... kamu anak ku yang hilang saat sunami" ucap kakek suganda.... "bapak..." ucap ayah kepada kakek sugan.. "jadi benar kamu anaku nak.." jawab kakek suganda, suasana haru melingkupi kami ternyata kakek suganda adalah kakek ku sendiri.... ya tuhan terimakasih telah kau pertemukan aku, kakek, dan ayah. Semenjak itu kehidupan aku dan keluarga berangsur membaik... kakek membantu kehidupan ayah, dan membelikan ayah beberapa hektar sawah, dan kakek menyekolahkan aku lagi untuk menyandang gelar sarjana.

Dan semua terjadi begitu cepat aku tidak percaya atas semua yang terjadi, seperti sebuah dongeng, seperti sebuah fiksi dalam komik aku tidak percaya, dan aku hanya bisa bermunajat terimaaksih kepada Allah, aku telah salah dengan semua teriakanku hinaan ku terhadap tuhan... semua begitu cepat berubah dan aku percaya bahwa roda kehidupa itu terus bergulir, sekarang roda kehidupan membawa keluarga ku naik diatas dimana sebelumnya aku berada dibawah..... ketika aku meminta tanaman yang indah dan berbunga ternyata tuhan memberiku kaktus, tapi tak lama kaktus itu pun berbunga indah. Alhamdullilah ya Allah, setelah semua ini.... Terimakasih tuhan

Rabbi auzi’nii an asykura ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardlohu wa adkhilnii bi rohmatika fi ‘ibaadikash-sholihin. Irhamna Ya arhamarrohimiin.

“Ya Tuhanku, berilah aku kekuatan untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi, serta memasukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. Kasihilah kami wahai Yang Maha Penyayang diantara para penyayang.”

Putri kecil ku yang cantik
Kau bisikan suara mu yang menarik
Kau menyapaku dengan tangis dan bahagia
Ku serasa tak memerlukan apapun didunia

Putri Kecilku Yang tersayang
Kehadiran dirimu membuatku riang
Selalu syukur terucap dari bibir ini
Karena kau adalah anugrah yang tak terganti

Putri kecilku yang tercinta
Kau bawa aroma bahagia
Dalam tawa mu yang merona
Terpancar sejuta Pesona

Putri Kecilku yang manja
Selalu mengalir celoteh kecilmu yang jenaka
Walau dalam gundah gulana
Membuat hati selalu gembira

Oh tuhan terima kasih
diantara sapa tawa dan cengkraman lembut,
jemari kecilnya maknai nafas Tersisa
Terima kasih Tuhan kau berikan putri kecil yang tercinta

Depok 27 mei 2008
Erwin Arianto

Embun air mata menetes perlahan
Dalam hijau pucuk dedaunan
ketika Cinta bermandi cahaya
Tanpa celah nafas asmara bertanya

Memupus sebiduk penantian khayal
terlanjur tereguk aroma mewangi
Beralaskan angin kau tiup hirupan pesona
Terlanjut membasahi sebuah nuansa kisah kita

Ketika hati terberi tak terpendar
Kutapaki jejak langit memenjarakanku
aku terlempar aku terhanyut aku terbuai
Dalam sebuah anggur senyum yang terkulum

Bidadari, kuberi angin untuk kepak sayapmu
Kau beri aku suara surutkan badai samudra
Kau beri dekapan memberi sejumput senyuman
Kau beri sutra untuk sebuah kehangatan

Kini lambaian kepak sayapmu tinggal kenangan
Hanya tersisa memori sendu kisah kita
Diantara cinta dan rinduku yang membara
Kuharus hentikan alunan irama kita
Selamat jalan bidadari hatiku
Dan kita tetap satu dalam satu prasati itu.


Depok 18 Mei 2009
erwin arianto

(cerpen) Doa Raina

Sudah empat bulan aku bergelut dengan pekerjaan yang menumpuk, lupa waktu dan keluarga, karena kerja begitu menggairahkan bagiku, begitu banyak tantangan yang harus kutunaikan begitu aku berfikir, mungkin hasrat kerja ku ini dikarenakan keinginan ku untuk meraih jawaban kosong di kantor itu, sehingga aku sering mengabaikan keluarga kecil ku dirumah.

Pulang Kerja pukul 9.00 sampai dirumah, ketika buah hati tercinta mengajak ku bermain, walau sebenernya ku tahu Reina putri ku tercinta telah mengusahakan untuk menahan kantuknya agar bisa bertemu ayahnya nya tercinta, tetapi aku hanya acuh dan menanggap dingin ajakan mainya.

"Ayah, Reina baru diajarin sama buguru buat gambar ini" Raina dengan bangga berusaha menunjukan kepadaku bahwa dia telah berhasil menggambar sepasang burung merpati, sekilas aku memperhatikan gambar itu, tetapi hati ini acuh tak acuh, pikiranku masih melayang ke kantor, dimana aku berhasil menyumbangkan gagasan dan dipuji pak Indra Direktur Keuangan ku. Aku tetap larut dalam pikiran ku sendiri sedang Reina masih berusaha menceritakan sesuatu dan berusaha untuk mendapat perhatian dariku.

Sabtu minggu pun aku masih terlarut dalam proyek yang ku kerjakan, aku tidak pernah mengajak reina dan istriku untuk berlibur, sabtu minggu ku habiskan waktu di kantor, terkdang reina merajuk. "ayah kerja terus sih... kapan main sama reina" protes putriku tercinta. "nanti ya sayang ayah harus bekerja keras untuk cari uang" elakku kepada reina.

****************
Ya Tuhan sembuhkanlah ayahku, agar ayah bisa bermain sama raina lagi ya Allah.... Reina sayang sama ayah.... Amin

tersentak kaget seperti orang terbangun dari tidur, ketika aku mendengar doa anak ku yang cantik, dengan rambut kuncir dua dan wajahnya yang lugu itu. Reina sedang berdoa kepada Tuhanya, meminta agar ayahnya cepat sembuh, dengan wajah dan mimik serius tak elak aku tersenyum memandangnya. Selesai berdoa ia mendatangi ku, dengan senyum manisnya, dan wajah lugunya dan seakan dia berharap bahwa ayahnya bisa sehat kembali.

Aku meneteskan air mata, aku terharau, tak pernah menyangka aku memiliki peri kecil yang baik, yang dianugarahkan oleh Allah kepada ku. Aku kini sedang terbaring lemas tak berdaya diatas tempat tidurku, karena penyakit Tifus yang sedang menyerangku dan aku tersadar bahwa empat bulan ini aku terlalu memforsir diri melupakan keluarga kecilku, merupakan peri kecilku yang cantik.

" Makasih ya sayang, reina anak yang baik sekali " ketaku sambil mengelus rambutnya

" Iya ayah, raina mau merawat ayah, " jawabnya dengan senyum termanis di bibirnya

" Memang kamu bisa merawat ayah" Tanya aku

" iya kan kalau besar reina mau jadi dokter" sebuah celetukan yang polos terlontar darinya.

" Ayah sayang reina " ujarku sambil berusaha memeluk peri kecilku yang tercinta

" Reina Sayang sama Ayah" ujarnya dengan tulus

Ya Allah... aku tak ingin ini semua berakhir, aku telah melupakan dia peri kecilku, aku terlarut dalam mimpi-mimpi dan mengabaikanya, ini adalah saat-saat yang membahagiakan ya Allah. Begitu pintarnya peri kecilku menjaga dan merawatku saat aku sakit, sedang selama ini aku tak punya waktu dan acuh kepadanya. Padahal dialah peri kecilku yang pada awal nya begitu kunanti kehadiranya.

Ingat dulu saat kamu pertama ada di dalam perut ibumu, reina.. ayah bahagia menitikan air mata saat ibumu memberi tahu ayah bahwa ada kamu disitu, saat dimana menjalani waktu 9 bulan membantu ibumu menjaga hingga saat kau terlahir, dimana saat ibumu meminta Jambu Monyet di saat ngidamnya, walau susah ayah berhasil mendapatkanya di daerah sukabumi di tempat teman kantor ayah disana, dan juga ayah memanjat sendiri pohon jambu monyet itu. Walau ternyata ketika segigit jambu itu ibu mu ternyata tidak menyukainya nak.

JUga saat kami berburu informasi tentang bagaimana menghasilkan kamu yang sehat nak, saat ibumu ayah paksa makan tomat dan meminum air kelapa hijau agar kulitmu bersih dan cantik, walau sebenarnya ibumu tidak menyukainya nak. atau ketika setiap malam ibumu meminta pijit karena kelelahan menggendong mu setiap malam, dan ayah menjadi tukang pijatnya. begitu ayah menginginkamu nak.

serta bagaimana sakitnya detik-detik kelahiran mu dimana ayahmu selalu setia mendampingi kedatangan kedunia ini, dengan susah payah ibu mu berhasil melahirkan mu, atau saat ayah begitu bahagia saat kau pertama menapakan kebumi, dengan suara yang keras kau kalahkan dunia nak. Ayah tersedar kini keadaan kita memang lebih baik. tidak seperti dulu saat kami masih tinggal dirumah kontrakan sederhana disana nak.

Maafkan ayah nak, ayah bekerja keras karena ingin membahagiakan mu, ayah ingin kamu dan ibumu hidup dalam keadaan bahagia tidak kesusahan nak, tapai hal itu malah membuat ayah seperti melupakan mu, ayah menyia-nyakanmu, terlalu larut dalam pekerjaan-pekerjaan kantor, yang tak pernah memperhatikan cerita-citamu Raina.

*********
Kemarin-kemarin ayah terlalu memaksakan diri untuk bekerja mengejar mimpi sendiri, bekerja lembur, bekerja denga giatnya, pulang capek, tak menggubris kamu yang memang ingin dimanja oleh ayah raina, walau sering kamu sudah tertidur menunggu ayah pulang, dan terbangun saat langkah kaki ayah memasuki rumah kita, dan tetap kau ceria raina putri kecilku.

Dan Kemarin, tepat kemarin ketika tubuh ayah ini tidak bisa begerak maksimal, dan perut ayah sakit Dan semenjak tiga hari lalu, saat ayah terkena tifus, dokter meminta ayah untuk istirahat diruamah, raina peri kecil ayah selalu tersenyum gembira menjaga ayahmu ini.

" Ayah, reina senang ayah ada dirumah, raina jadi bisa main sama ayah" begitulah kamu bercerita dengan antusias menginginkan bermain dengan ayah mu ini, dan hal itu menyadarkan ayah nak, bukan hanya materi yang kamu butuhkan, tapi juga belaian lembut dan kasih sayang dari ayahmu ini, yang memang terkadang lupa terhadap mu.

Kini, setelah mendengar doanya, ayah baru menyadari. Bahwa selama empat tahun kamu diamanahkan kepada kami, ayah belum begitu bisa menjaganya. Dan selama itu pula, aku tak pernah menyesal. Padahal ayah mungkin telah mengecewakannya begitu rupa.
saat ini ... Sebuah doa tulusmu telah berhasil membangunkan aku dari kekhilafan. ayah berharap, dan akan berusaha berjuang keras... untuk tidak menolak keinginan baikmu. Untuk menyambut perhatian yang ia damba dari ayahnya.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada ayah, untuk dapat berubah menjadi Ayah yang lebih baik buatmu. Karena Allah telah begitu sayang kepadaayah, dengan memberikan putri yang demikian sholih... hingga dalam usianya yang relatif sangat sangat muda, doa tulusmu telah mengalir buat ayah mu ini raina.

Dan semoga kelak ia menjadi anak yang sholih, yang bisa menerangi kubur dan mengangkat derajat kami di Syurga, dengan doa-doa panjangnya yang melimpah, aamiiin... Ayah mencintaimu Raina.... Selamat tidur nak, ayah akan berusaha membahagia kan mu menjadikan kamu nomer satu dibanding pekerjaan ayah.... Maafkan ayah ya raina...


Depok, 6 May 2009
Erwin Arianto
Http://coretanpena-erwin.blogspot.com

Waktu ini
Menatap layar maya
Hati terpana merana
Gelisah resah tak terarah
Sebab di ruang maya ini

Ada persahabatan yang menghilang
Ada Amarah yang meradang
Ada Permusuhan yang tak kunjung usang
Ada Kamu-kamu dalam jumlah tak terbilang

tetap tertawa kosong tak bermakna
tersenyum walau sebingkai sedikit
kata-kata maya hanya raga tak berjiwa
Membaca hati dalam sebuah pristiwa

Karena saat ini;
ruang maya Semua memaki menggila
Hanya meninggalkan luka menganga
Tabah dan sabar seperti tak guna
Mau lari pun tak bisa

Aku terjebak dalam kegilaan maya
Bersama dengan mereka tak terbilang namanya
Kini hanya tatapan kosong
Dan Aku hanya terbengong seperti sapi ompong
Dalam diskusi maya yang melompong

5 Mai 2009
Didepan Layar membaca milist Nongkrong bareng2 yang aneh
Http://coretanpena-erwin.blogspot.com

Cinta adalah sebuah cinta
Dengan seribu rupa dan warna
Terkadang memberi bahagia
Terkadang membawa nestapa

Karena Cinta adalah cinta sebenarnya
Cinta adalah sebuah kemenangan hati
Cinta adalah memberi tanpa diminta
Cinta adalah sebuah Bahagia diri

cinta adalah adalah cinta terjalani
menembus batas relung imajinasi
Menembus batas batas nurani
Menemus ruang yang terperi

Begitupun cinta tetap cinta
karena cinta adalah keikslasan
Karena cinta adalah sebuah kedalaman rasa
Karena Cinta Bukanlah sebuah Nafsu belaka

dan Cinta tetaplah cinta
Tanpanya hidup terasa hampa
Dengannya hidup penuh cita-cita
Bersamanya hidupkan lebih bermakna

Depok, 29 April 2009
Http://coretanpena-erwin.blogspot.com

Kakek Tua

Dipojok sana aku sering melihatnya dengan semangat pantang menyerah, Kakek tua itu menjajakan Jasa untuk bekerja apapun, dengan modal pengki , dan Sebuah cangkul yang selalu digenggamnya untuk mencari rezeki. Pernah suatu waktu aku mempekerjakanya untuk membantu membersihkan halaman rumah yang tak seberapa."Pak, Bisa bantu saya membersihkan halaman rumah" sapaku saat itu.

Dengan senym sumringah kakek tua itu bekerja membersihkan halaman rumahku, dan dengan rajinya dia bekerja tanpa mengeluh \. "pak ini ada Pisang goreng, dan Kopi" sepintal lalu aku memberi makanan kepada kakek tua itu karena aku tahu bahwa membersihkan rumah ku memang melelahkan. Setelah selasai semua, "berapa saya harus membayar bapak" tanya ku setelah selesai dia merapihkan semua pekerjaanya. "terserah Anak saja" jawabnya singkat, walau dari wajahnya aku lihat sebuah senyuman berharap. Dua Lembar uang ratusan ribu kepadanya. "tidak salah nak, ini terlalu banyak" ucap kakek itu. "terimalah kek, sebagai ucapan terimakasih saya" ucapku memperhalus maksud membantunya.

ketika Langit masih terlihat kelam. Semburat awan kelabu masih mewarnai birunya langit. Pohon – pohon terlihat basah dengan butir – butir air yang masih menempel di daun. Cekungan air berwarna coklat terbentuk pada ruas jalan yang berlubang. Tiap harinya jalan yang sudah berlubang di sana - sini itu, dilalui banyak kendaraan dari truk pengangkut pasir sampai sepeda. Tapi pagi ini, hanya satu dua kendaraan yang terlihat melewati jalan ini, mungkin karena hujan yang baru saja turun.

Di sisi jalan inilah, setiap hari Kakek tua itu berjalan menyusuri tepian jalan, mencari rezeki demi keluarga dengan menjual kayu bakar. Tubuhnya kurus kering, pakaiannya kumal, deretan giginya sudah tidak utuh lagi dan barisan rambut putih telah memenuhi seluruh kulit kepalanya. Walaupun begitu, semangat kakek untuk bekerja tak pernah surut. Seperti semangatnya ketika membela tanah air di masa perjuangan.

Dulu, dengan gagah berani, kakek tua itu pernah bercerita bahwa dia bersama pejuang lain berhasil melawan penjajah dalam peristiwa Hotel Yamato di kota pahlawan ini.Pertempuran sengit di hotel yang kini bernama Hotel Majapahit itu berawal dari penjajah yang berani mengibarkan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato. Saat itu, semua arek Suroboyo merasa terhina dan bertekat mengganti bendera itu dengan bendera merah putih milik Indonesia.

Pertempuran hebat tak bisa dihindarkan, dengan senjata seadanya, mereka melawan penjajah yang bersenjatakan pistol. Beberapa
arek Suroboyo mencoba mempertaruhkan nyawa mereka, termasuk sang kakek, dengan memanjat dinding Hotel Yamato dan berusaha merobek warna biru dari bendera tersebut. Penjajah yang tak mau kalah, menembaki dari bawah semua pejuang yang berusaha memanjat menuju atap hotel. Banyak pejuang yang gugur bersimbah darah dengan pekik perjuangan yang masih menyala. Tapi, akhirnya mereka berhasil merobek warna biru dari bendera tersebut dan menjadikan sang merah putih berkibar di sana.
Sang kakek masih ingat peristiwa itu. Bagaimana kerasnya ia dan teman – teman seperjuangan berjuang mempertahankan kemerdekaan, bagaimana ia melihat satu per satu temannya gugur bersimbah darah dan bagaimana ia dan pejuang lainnya mengusahakan hidup merdeka untuk generasi selanjutnya.

Hingga hari tuanya tiba, tiada kebahagiaan yang berarti selain melihat Indonesia tersenyum. Walaupun tanda penghargaan tertinggi sebagai pahlawan tiada disandangnya. Sambil terus berjalan menyusuri jalan, sambil membawa pengki dan sebuah pacul kakek tua itu berharap ada orang yang memekai jasanya untuk pekerjaan apapun

Sang mentari mulai membagikan kembali sinarnya hari itu tak satu pun orang memkai jasanya. Jalanan yang tadinya lengang dan hanya satu dua kendaraan saja yang lewat menjadi sedikit lebih ramai. Beberapa truk pengangkut pasir lewat dengan pasir bawaannya yang menggunung. Di sampingnya ada pengendara motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sang pengendara yang tidak sabar berusaha mendahului truk tersebut. Truk pengangkut pasir yang tidak siap dengan keadaan ini, tak bisa mengerem mendadak sehingga kehilangan kendali dan menabrak pengendara motor itu. Motor tersebut langsung terlempar ke sisi jalan dan……. Brakk!!!

Semua orang di sekitar tempat kejadian segera berlari untuk melihat apa yang terjadi. Sesosok tubuh kurus kering dan bersimbah darah tergeletak di dekat motor yang tadi terlempar, beberapa kayu bakar yang basah, jatuh berserakan di dekatnya. Di dekatnya lagi terdapat sang pengendara motor dengan helm yang masih melekat di kepalanya yang sudah tak bernyawa lagi. Orang – orang hanya bergumam, “ Kasihan kakek tua itu “
Gemuruh petir kembali menggema. Sinar sang mentari tak mampu menghalangi sang langit untuk menangis. Rintik – rintik hujan turun perlahan. Mengiringi kepergian sang pahlawan yang dulu telah mempertaruhkan hidupnya demi generasi muda. Kembali ke Sang Pencipta dengan seribu jalan kebaikan.

Tiada kata yang bisa menggantikan arti pengorbanannya. Yang setia bertaruh jiwa raga, meskipun kata “Sang Pahlawan” tiada dikenang orang. Walaupun kini hanya kata “Si penjual kayu bakar” yang melekat di hati orang,tapi tidak di masa lalu. Saat itu kata “Pahlawan”-lah yang melekat di hati mereka. Selamat jalan Pahlwan ku, selamat jalan Kakek tua... tering doa yang kuucapkan padanya...

pada Suatu Cinta

Malam menghadirkan jelaga bagai jubah hitam dalam rimba . Tak ada noktah gemintang seperti mata peri langit. Sementara kepungan awan tiap sebentar meniriskan gerimis, dan mengusir berpasang-pasang kaki kecil berceloteh riang pada sudut kamar. Aku masih teronggok pada salah satu kenangan silam kita. Betapa banyak remah kepengecutan ku yang menabur di atas luka yang kian hari melebar di hati kita.

Aku duduk termenung menatap hamparan semburat jingga, langit masih menyisakan sisa-sisa hujan sore tadi. Udara dingin mengusap lembut punggung kala aku sedang duduk di Aku terduduk di pojok kamarku, menatap setiap tetesnya. dan tangan ini tetap menekan indah tuts keyborf komputerku menulis sesuatu kutujukan untukmu Angin berhembus membawaku pada kenangan silam saat kita berbagi tawa dan cerita.

Kekasihku, jika engkau membaca e-mail ini, cobalah untuk mulai belajar melupakanku. Aku tahu kenyataan itu memang pahit dan berat buatmu, terlebih lagi buatku. Masih tak lekang oleh waktu saat kita pertama bertemu dibawah jembatan itu kita pertama berjumpa Kamu datang ke arahku dengan pesona kemilau kewanitaan mu yang segera memporak-porandakan hatiku seketika dalam hitungan detik. Aku tak sempat berkata apa pun, saat dengan sopan dan bersahaja, kamu mengajakku untuk menunaikan panggilan Ilahi secara berjemaah, Hatiku tak mampu memungkiri bahwa, aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama.

sejak pertama berjumpa dengan kamu, Jujur hatiku kedap-kedip kesetrum parasmu yang polos. Akhirnya, di suatu malam di sebuah resto siap saji, aku memberanikan diri menyatakan perasaanku padamu. "Jadilah kekasih rahasiaku," Waktu itu kamu hanya diam dan senyum manis mendengar rayuanku. Irama musik bergetar, mengalun memenuhi dadaku yang berdegup kencang, menanti-nanti jawaban dari bibir mungilmu. Kuyakinkan kamu bahwa aku akan menjadi yang terbaik untuk mu. Kukerahkan seluruh perbendaharaan kata-kata romantis yang kudapat sejak rajin membaca buku-buku Kahlil Gibran. Di ambang pintu kost saat mengantarku pulang pada malam berkesan itu. aku lantas mencium dahimu dengan lembut, tanpa perlu menunggu persetujuanmu lebih dulu. Jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Sebuah fenomena yang tak pernah aku rasakan dari wanita manapun yang pernah singgah dalam relung hatiku selama ini.

Aku tak punya kekuatan apa pun untuk menolak rasa cintaku padamu meski aku tahu sesungguhnya aku telah memiliki kekasih yang dengan cemas menungguku . Aku begitu terlena olehmu dan gelora gairah purba yang tiba-tiba muncul dalam diriku telah menghempaskan kita berdua dalam lautan petualangan cinta tak bertepi.

Sejak saat itu, kita merajut hari demi hari dengan ceria. Sorot matamu yang teduh namun tegas membuatku merasa selalu nyaman berada di dekatmu. Aku senantiasa merasa tersanjung ketika dalam setiap e-mailmu kepadaku, kamu selalu menyelipkan sebait-dua puisi cinta yang membuatku seperti melayang ke langit yang ketujuh. Tahukah kamu kekasihku, aku selalu menyimpan rapi puisi-puisi cintamu itu dalam helai demi helai buku harianku yang setiap malam aku buka kembali, membacanya pelan dengan bibir bergetar, berulang-ulang, sampai setiap kata demi katanya meresap dalam setiap sumsum tulangku, mengaliri setiap nadiku dan akhirnya menggelegak dalam sebuah orgasme misterius yang berpendar-pendar dalam setiap relung kamarku. Kamu memang paling tahu bagaimana membuatku berharga, kekasihku. Aku masih ingat betul salah satu momen pertemuan kita yang membuatku senantiasa mengenang betapa indah melewatkan hari demi hari bersamamu.

"Jangan pernah memotong rambutmu, Sayang," kataku padamu saat kita melewatkan senja temaram di teras rumah kost itu sambil membelai ikal rambutmu.

"Kenapa?" tanyamu penasaran.

"Setiap kali membelai rambutmu, aku merasakan sensasi yang berbeda saat jari-jariku memilin dan menelusuri ruas demi ruas rambutmu. Ketika ruas rambutmu bergerak kembali menjadi ikal saat jariku lepas dari ujungnya, rambut itu meretas lurus sejenak, lalu berpilin lagi, perlahan tapi pasti, Aku begitu menyukainya," jawabku tulus.

kamu memegang tanganku dan berkata: “Sejak pertama kali mengenalmu, aku yakin kaulah lelaki pilihanku. Aku siap mendampingimu. Mohon jangan kecewakan aku.”

kamu tersipu dan kemudian kita tertawa bersama, kita merasakan desau angin senja yang sejuk. Kamu kemudian memeluk pundakku erat-erat dan bersama-sama lagi kita terpana menyaksikan keindahan mentari beranjak ke peraduan di ufuk cakrawala meninggalkan jejak-jejak merah jingga.

Bagiku Kamu adalah keindahan, bagiku Kamu adalah kehidupan, bagiku Kamu adalah kenangan tak terlupakan. Dan manusia saling membutuhkan, tidak untuk saling memakan. "huh Mengapa terjadi semuanya" Desis kecilku meratapi kisah lalu. Narnia ya nama gadis cantik itu. Gadis yang ke........., mmhhhhhh, aku tak tahu lagi, yang aku tahu kamu adalah gadis yang sempurna, gadis terakhir yang aku tinggalkan, walau sebenarnya ada keinginan yang terbersit untuk menikahimu.

"Mas, jangan tinggalkan aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa selain Mas". Narnia menangis, air mata beningnya mengalir di pipimu yang selembut sutra, lebih lembut lagi kukira. Aku memandangi wajahmu, lidahku kelu, serasa berton es menempel di lidahku, aku kedinginan di panasnya api cinta yang bergelora. Kupeluk Narnia,mmmmhhhhh, aku tak tahu,tak tahu, apa yang harus kulakukan, apa yang harus kukatakan. Aku masih mencintainya, tapi aku harus pergi, kembali kepada kekasih selama ini, mencoba menjalani kehidupan yang semestinya harus terjalani.

Aku menangis. Entah, waktu itu aku tidak merasa malu mengucurkan airmata di hadapanmu. Sertamerta berdiri dan memeluk tubuh mungil mu yang kuyup oleh hujan itu. Narnia

Kita memang telah siap menempuh segala resiko dari hubungan rahasia kita. Namun dari lubuk hatiku paling dalam, setelah Dogma keluargaku kemarin, aku tak kuasa untuk segera menetapkan hati berpisah darimu, meski kepedihan melanda jiwaku saat ini. Cinta memang tidak dibangun untuk membuat rasa kehilangan, tapi pada akhirnya aku menyadari cinta antara kita mempunyai batas tepiannya sendiri. Sesuatu yang, sesungguhnya aku sadari akan terjadi sejak awal, cepat atau lambat, namun akhirnya kuingkari saat pesonamu membetotku dan membawaku ke dalam pusaran cintamu yang melenakan.Aku akan simpan rapat-rapat kenangan manis di antara kita dalam bilik hatiku, dan kemudian membiarkannya mengendap dalam senyap.

"Mmmmmhhhhh, kerinduanku pada mu Narnia membara lagi, hatiku telah terpatri namamu, mungkin di antara wanita yang datang pergi" Ucapku lirih, hanya Narnia yang kurindukan, hanya cintamu yang masih membuatku terlena dalam buaian mimpi indah, hanya suaramu yang mampu menentramkan hatiku yang kalut.

tetapi Kekasihku, mulai saat ini, cobalah belajar melupakanku sebagaimana saat ini aku telah mengunci rapat-rapat pintu hatiku untukmu. Aku tetap menyimpan puisi-puisi cintamu padaku sebagai monumen paling berharga tentangmu pada tempat yang aku harapkan tidak akan aku buka lagi sampai kapan pun. Karena Engkaulah orang yang paling Kucintai Narnia, Selalu Untuk Selamanya. Jika ada penyesalan yang terdalam, maka akan menjadi penyelasan terberatku seumur hidupku. Hanya berharap Cintakita dapat bersatu entah kapan... aku kan selalu berharap, sampai nanti aku tidak bisa berharap lagi Narnia.


http://coretanpena-erwin.blogspot.com

Kamu adalah mimpi itu
yang menapak dalam senyap
aku tahu Kau selalu mendampingiku
masihkah aku bertemu dalam malam itu

Semburat langit bermuram
Sempurna pelangi membawa ingin
Diambang senja mentari berlari
pada akhir melintas, aku tak mengerti

Geliat selintas rembulan menari
Menghantar rasa yang berirama
Gemintang berdendang, kita bersapa
Dalam riak mimpi kita menari

kulukis pagi menjelang subuh
aku Terjaga pada sudut lengang
Terus mencari didalam diri
menyempurnakan segala ingin

sekelebat percik tawa mu menari
Membuat hati sunyi bernyani
Wahai belahan hati yang kucintai
Aku selalu rindu malam untuk menanti


Depok, 20 April 2009
Erwin Arianto
Http://coretanpena-erwin.blogspot.com

cinta

Cinta
Beribu orang mengatakan tentang cinta
Tapi aku meratapi dan memuskilkan cinta
Aku bertanya benarkah ada cinta

Apakah cinta itu
Apakah cinta itu nafsu belaka
Apakah cinta hanya sebuah lelucon jenaka
Apakah cinta hanya butiran air mata

jawablah
Benarkah cinta itu ada
ketika ada rasa menyatu dua hati
Apakah itu yang kau sebut cinta

Cinta
Ketika ibu mengasih anaknya
itu pulakah yang disebut cinta
Mengapa cinta sering berlinang nestapa
bukankah cinta itu harusnya bahagia

Cinta
Tanpanya tak akan ada seribu cerita
Walau beribu duka lahir karena cinta
Karena itulah cinta ada di dunia
dan aku tetap tak mengerti tentang cinta

Depok 20 april 2009
Erwin arianto
http://coretanpena-erwin.blogspot.com

Terawangku menerawang pada gelap malam
Hembusku berlari menerjang mengawang
Membekap rindu yang tergulir dan bersatu
Akankah ada nanti datang yang kan kusebut ESOK

Teruntuk kekasih ku yang lalu
Ku tulis hasrat pada lembar awan
Kuminta angin berhembus mengantar kepadamu
Tentang deru rindu yang selalu menggebu

Kugantungkan cinta Bersama rembulan
Dalam sebuah hati yang tertawan
Diantara senandung langkah bumi
terurai harap akan kisah itu

Bilakah engkau akan bersama
Segurat senyum sejuk jiwamu
Menentram hati yang gelisah
Mengarungi cerita dalam lautan hidup

Kini ada keindahan yang pergi menjauh
pasrah diri dalam penantian jiwa
Seluruh jiwa raga hati meskipun samar
Tak pernah berhenti mencintainya

Dearest my past lovely angel

Depok, 11 April 2009
Erwin Arianto

Mungkin aku merindumu

Sebuah pertanyaan selalu menyeruak di hati
Ketika dada masih bergetar
Ketika Sebersit lamunan tentang mu datang
mengapa masih ada bayangan indah waktu lalu

Mungkin aku merindumu
Merindu indah bola matamu
Merindu rambut itu yang jatuh bergerai dikeningmu
merindu cerita-ceritamu tentang kita dan cinta

Oh, Mengapa masih terus ada
mengapa tak pernah sirna
Semua makin membuat ku terlena
dalam buaian impian semata

mengapa mesti ada butiran air mata
Saat namamu kembali hadir
saat kueja namamu dalam suara tak terdengar
Walau ku sadar kita tak akan pernah bersatu

Tidakkah waktu bisa membantu melupa
Ataukah aku harus terus terjaga dalam mimpi lalu
Biar waktu itu menjadi sebuah kenangan semata
Biar kucumbui cinta dan indahmu dalam sebuah cerita

Depok, 6 April 2009
erwin Arianto
http://coretanpena-erwin.blogspot.com


kaulah yang selalu berdendang di ruang hatiku
Mencoba menghapus segala penat didada
Adalah engkau yang tersenyum dengang ceria
laksana setetes embun pada padang sahara

Adalah cantik Wajahmu
Yang selalu menanti
Disetiap kepulanganku pergi berlari
Setiap waktu yang terlalui

Sesesok tangan mungilmu
Mengusap wajahku dengan sebuah kehangatan
memberi keteduhan jiwa
Setelah lelah terlalui

Segurat senyum cantikmu
Memberi rasa bahagia
yang tercipta di dada
Menghapus penat dan duka

Tuhanku
Terimakasih telah kau berikan
Seorang peri kecil kepadaku
sebuah anugrah dalam perjalanan indahku

Depok 6 april 2009
Dear My Little Princess
Quineisha Namia Zhafira

Tuhan

Tuhan
Bimbing aku menapaki setiap goresan takdirku
Buat aku mengerti makna di dalam nafasku
Berilah sabar atas semua yang terjadi
Biarkan aku selalu bersyukur atas semua yang ada

Tuhan
Aku terkadang lemah
mempertanyakan tentang keberadaanmu
Meragukan uluran tanganmu disetiap deritaku
Melupakan mu disetiap Gembiraku

Tuhan
Aku ini manusia tak berilmu
Yang selalu merasa semua adalah karenaku
Terkadang aku lupa menghadirkanmu dalam hidupku
Terlalu bodoh menyingkap takdir yang kau berikan

Tuhan
Ijinkan aku bersukur atas semua pemberianmu
Ijinkan Aku mendekat dan mencintaimu
Ijinkan aku merasakan keberadaanmu
Ijinkan aku Memujamu dan berbakti padamu

Terimakasih tuhan
Atas Nafas dan Kehidupan yang kau beri
Semua goresan takdir yang terlewati
Semoga hati ini bisa selalu memujimu
Kini ku yakin kau selalu ada untuku

Trimakasih Tuhanku..............

Depok, april 2009
Erwin arianto
http://coretanpena-erwin.blogspot.com
http://blog.360.yahoo.com/arianto_erwin
http://erwinarianto.multiply.com

tersimpan hikmah

air mata yg tlh jatuh
membasahi bumi.....
tak kan sanggup menghapus penyesalan....

penyesalan yg kini ada
jd tak berarti......
karena waktu yg terisi akan terus pergi

menangislah bila harus menangis...
karena kita semua manusiaaaaa......
manusia bisa terluka
manusia pasti menangis
dan manusia pun bisa mengambil hikmah...

dibalik segala duka
tersimpan hikmah
yg bisa kita petik pelajaran

dibalik segala suka
tersimpan hikmah...
yg kan mungkin bisa jadi cobaan...

Oleh: Tari Hermawan (tarijoss@yahoo.com)
Terimakasih mba tari

menikah

*Banyak orang yang masih single berpikir bahwa alangkah menyenangkannya hidup pernikahan itu. Ada seseorang untuk berbagi, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit, sebagaimana yang dinyatakan dalam janji pernikahan.

Itu benar adanya, saya tidak pernah memungkiri betapa benarnya kenyataan itu! Namun di lain pihak, terdapat harapan dan impian Hollywood, sebagaimana film-film dramanya memberikan gambaran, betapa kehidupan yang diarungi berdua itu indah-indah saja dan pasti endingnya sebagian besar adalah "HappyEnd".

Saya tidak mengatakan bahwa kehidupan perkawinan tidak ada unsur yang menyenangkan. Sama sekali tidak! Namun sejak saya pribadi menjalani kehidupan perkawinan yang masih seumur jagung ini, saya pun mulai menyadari bahwa untuk benar-benar bertahan dalam kehidupan perkawinan, mimpi romantisme saja tidaklah cukup.

Kehidupan sebagai seorang lajang, tidak lepas dari begitu banyak kebebasan. Kalaupun ada yang mengikat tentunya hanya sang pacar dan keluarga kita. Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, keterikatan itu tidak lagi sebatas apel di malam minggu, nonton atawa makan bersama yang mungkin cuma makan waktu sekitar 2-3 jam seminggu 2-3 kali misalnya. Keterikatan itu menyangkut penyesuaian diri dengan seseorang yang bisa-bisa selama 24 jam bersama-sama dengan kamu dan itu bukan main-main, untuk seumur hidupmu!

Dua pribadi yang dipersatukan, tentunya memiliki banyak perbedaan. Mungkin ketika berpacaran, kamu dengan gampang menemukan begitu banyak persamaan antara kamu dengan pasangan. Dan ketika kamu memasuki mahligai perkawinan, kemudian kamu menjadi bingung, mengapa kamu semakin melihat begitu banyak perbedaan? Untuk itu penyesuaian dan pengertian yang terus menerus amat dibutuhkan oleh kedua belah pihak dalam rumah tangga.

Dan bukan itu saja, keterikatan itu termasuk perkawinan plus plus di Indonesia. Kenapa saya katakan perkawinan ++ (baca: perkawinan plus plus)? Karena keterikatan dalam suatu perkawinan juga termasuk dengan keluarga suami/istri dan seluruh kerabatnya. Keluarga besar, begitu istilahnya. Dan tiba-tiba saja, saudara kita bertambah amat banyak, dikarenakan tali
pernikahan yang kita jalani. Mungkin kamu pernah dengar pernyataan begini, " Itu lho… Pak Ade, adik dari ipar saya…" Atau mungkin, " Itu keponakan dari mertua saya…" Belum lagi terkadang istilah-istilah yang begitu kompleksnya, yang pasti
ujung-ujungnya ada hubungan saudara dikarenakan perkawinan …

Berhadapan dengan semakin banyak orang, tentunya berhadapan pula dengan semakin banyak karakter. Dan disadari atau tidak, tentunya banyak kepala semakin banyak permasalahan yang dihadapi. Untuk banyak pasangan, pertengkaran tidaklah terjadi antarmereka, namun banyak kali dikarenakan campur tangan dari pihak ketiga, keempat, bahkan kelima yang semakin
memperkeruh suasana. Jadi, pasangan yang menikah dengan kekerabatan plus plus hendaknya pandai-pandai memilah situasi, sehingga mereka tidak gampang terhasut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, walaupun itu adalah dari pihak
keluarga sendiri.

Perkawinan mengajarkan saya untuk hidup lebih realistis. Tidak selamanya pasangan kita berada pada 'top performance' sebagaimana yang ditunjukkan selama masa berpacaran atau masa ketika sang wanita tengah 'dikejar' oleh sang pria atau sebaliknya sang pria yang 'dikejar' wanita. Perkawinan membawa seseorang ke tahap di mana harus menerima kalau
pasangannya tengah kelelahan selepas kerja dan mendengar celotehan yang penuh amarah adalah hal terakhir yang diinginkan pada saat itu karena tubuhnya penat amat membutuhkan istirahat.

Menikah, apabila mendapatkan seseorang yang cocok, memang memberikan satu ketenangan batin dan ketentraman. Yang paling penting adalah azas yang diterapkan, tetap bersama dalam keadaan apa pun, tetap dijalankan.

Jujur saja, kehidupan lajang yang belum memiliki pacar alias jomblo atau sedang 'kosong' sebetulnya juga sangat menyenangkan. Kamu bisa lakukan apa saja yang kamu mau, mau pergi karaoke keluarga bersama teman-temanmu, mau nonton, mau jalan-jalan ke luar negeri, mau pelayanan sana-sini, mungkin tidak jadi masalah. Itu bakal jadi sesuatu yang berbeda ketika ada seorang
pacar dan kemudian menjadi pasangan, suami atau istri kita, harus dilakukan penyesuaian di sana-sini dan tentunya saling toleransi antara satu dengan yang lain.

Namun, yang namanya manusia, sering kali tidak pernah puas, dan tidak jarang ada perasaan bosan menghinggapi hati kita apabila rutinitas itu-itu saja yang kita alami. Yang single berkeinginan segera mengakhiri kehidupan melajangnya dan melabuhkan hatinya kepada seseorang yang cocok. Sementara tidak jarang yang sudah menikah dan punya anak merindukan saat-saat lajang, di mana kebebasan menjadi begitu berarti di mata mereka. Rumput tetangga sepertinya kelihatan selalu lebih hijau…
Bagaimana mencari penyelesaian agar kita bisa mensyukuri kehidupan yang kita jalani pada saat ini, sebetulnya merupakan kunci permasalahan.

Pada akhirnya, saya menilai bahwa kehidupan perkawinan akan jadi sangat menyenangkan bila:

Menikah dengan seorang yang cocok, dari segi intelektual, kepercayaan/agama, strata sosial, dan pemikiran akan masa depan berkeluarga yang bakal diarungi bersama. Menjalani cinta romantisme- denyut jantung yang berdetak semakin cepat saat
bertemu dengan si Dia, muka yang memerah (blushing)- dengan penuh rasa syukur namun tidak terbius olehnya. Sehingga tidak kecanduan akan cinta romantis ini dan bisa menerima keadaan ketika cinta romantis menjadi cinta realistis.

Berusaha mengerti kondisi pasangan, terutama pada saat-saat pasangan tengah menghadapi hal yang kurang menyenangkan ataupun menghadapi masalah besar. Pengertian adalah dasar yang utama yaitu dengan berusaha menempatkan diri
pada posisi pasangan.

Tanggung jawab yang tinggi akan keputusan untuk menikah dan menjalani kehidupan bersama. Dalam kondisi apa pun! Tetap setia dan menyertakan Tuhan dalam relasi ini. Adalah sangat beruntung apabila kedua orang yang terikat dalam satu mahligai rumah tangga adalah orang yang sama-sama memiliki hubungan pribadi yang indah dengan sang Pencipta. Karena banyak kali dalam kehidupan ini, kita mengalami kekecewaan dengan pasangan kita. Mungkin yang paling sering mengecewakan kita adalah
pasangan kita, namun apabila kita punya relasi yang baik dengan Tuhan, yakinlah bahwa kita akan dimampukan memaafkan dan mengasihi pasangan kita. Namun, bila hanya salah satu pihak yang lebih dekat relasinya dengan Tuhan, sebaiknya mendoakan pasangannya agar bisa merasakan cinta Tuhan secara pribadi dan setia menunggu saatnya Tuhan tiba bagi pasangannya untuk
merasakan hal itu.


Jika belum menemukan yang cocok, apa yang harus dilakukan?

Tetaplah mengasihi Tuhan secara sempurna, jangan marah-marah atau 'complain'. Kalaupun ada 'complain' nyatakan kerinduan dan kegelisahan hatimu kepada Tuhan. Nikmati ke-single-an itu sebagai berkat Tuhan juga, karena kamu tidak pernah tahu apa yang harus kamu hadapi ketika kamu menikah. Tanggung jawab yang lebih berat, juga masalah yang lebih besar. Ketika kamu menghadapi itu semua, mungkin kamu tidak kuat, makanya Tuhan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan seseorang yang tepat pula untuk kamu. Dan yakinlah, apabila Tuhan sudah bertindak, dan memberikan yang terbaik untukmu, Dia tidak pernah lepas tangan! Dia dengan setia terus membimbing agar kita siap mengalami semua perubahan yang terjadi. Dengan demikian, sebagai seorang single, kita hidup dalam kepenuhan, dan kita mampu mengucap syukur dengan kehidupan melajang itu. Dan ketika saatnya kamu harus menikah, kamu pun memiliki rasa syukur yang tinggi atas kehidupan single yang sudah kamu jalani selama ini, dan mampu mengambil tanggung jawab akan kehidupan berumah tangga yang Tuhan percayakan kepada kamu.

Jadi, lajang atau menikah, tidaklah jadi masalah asal kita menjalani kehidupan ini dengan realistis, sekaligus penuh pengharapan di dalam iman kita kepada Tuhan. Tuhan tahu yang terbaik untuk setiap kita, jangan pernah ragukan itu!
Bersyukur atas apa yang Dia beri, itu adalah yang terbaik yang bisa kita
lakukan pada saat ini… *

Ketika kau berdendang sebuah bintang
bagai titik terang diujung malam
Derai lari waktu menderu mendentam
Mengingat sebuah kisah indah gemilang menerang

Kukirimkan sebuah rindu dari kejauhan
Bersurat cinta dan sebuah nada keinginan
Dalam tatap mata mata yang sembab
Berlari dan kehilangan sebuah harap

Awal pagi itu adalah terakhir kunatap
Sebuah mata indah yang begitu berharap
Semua kan hilang bagai kenanganan
pada bahtera sebuah kehilangan

Biar ku kayuh sampan tak berlabuh
Mengikuti riak sungai yang membiru
Sekulum senyum remuk dari hati yang syahdu
Merelekan semua menjadi sebuah kisah bisu

Depok, 25 Maret 2009
Erwin Arianto



Selintas rindu meradang
Tak tahu arah mana dia datang
telah jauh kulangkahkan kaki
Untuk menghindari bayangmu bidadari

Seribu langkah talah tertempuh
Seribu rasa telah terbunuh
Seribu Rindu semakin bertumbuh
teriring rinduku padamu

Dalam satu cinta
tersirat semua rasa
Tertafsir keinginan bersama
Terhalang takdir tak bersama

Kini walau jemariku tak bisa menyentuh
Hatiku tak jua menjauh
Walau kubunuh dengan dusta
Tapi cintamu tak pernah sirna

Oh pergi lah rinduku
Aku tersiksa dalam keinginan itu
Rindu yang menggebu
Membawa keingan pada waktu itu
Pergilah pergilah rinduku
Jangan kau kembali hampiri diriku
karena sudah terlarang untuku


Riuh melodi rindu kian menggebu
Melepas jejak jalan yang berabu
Saat hati tak bisa bersatu
Saat mata tak bisa bertemu

Sebuah kerinduan membuncah dalam kalbu
Aku sangat merindumu
Seperti malam merindu pagi
Seperti punguk merindu bulan

Sejuta nuansa hati bersatu
Dalam sejuta tanya dan permainan rasa
Aku merindumu kekasih
dan aku terus berteriak dalam hening

Tak adakah suara datang kepadamu
menceritakan rasa rindu yang tertuang
Dalam sebuah bait kata yang meradang
Kepada sebuah cinta yang terhalang


Aku merindumu kasih
Saat aku menelusuri ruang rinduku padamu
sebuah kerinduan yang terpancar pada indahnya bayangmu
dan tak akan lekang dalam satu hitungan waktu

Lelehan air mata itu mengiris ruas sembilu
dalam sayatan-sayatan tipis memilu
terlihat paras kehilangan wajah lugu itu
Yang telah pergi berkesan semu

Kubelai helaian rambut wangimu
tercium semerbak wangi bunga ungu
Sebuah hati tak bisa menahan gejolak hati mengugu
Memberi sebuah rasa yang selalu bertumpu

Tapi kini rasa telah tertinggal hatimu
teralun tangis yang memilu
Kudekap nuansa kejora malam aroma lalu
Tentang cinta yang sudah tertutup di balik pintu

kini semua hanya sebuah cerita bisu
akankah lagi terdengar lantunan sebuah lagu
menyeruak keluar dalam sebuah kisah yang satu
Kisah cinta angin dan bidadari telah berlalu

sejuta ingin menjadi satu
Dalam iringan sebuah cinta yang lalu
Salam dan cintaku untuk mu selalu
hingga tiada satupun tahu pada satu bilangan waktu

Sebuah gugusan imaji berlari
Dalam sebuah ingin yang terangan
Tentang gurat waktu telah berlalu
Selalu terbersit tengtang waktu itu

Dalam Khayalku Kau hidup
Bermain dan bercerita
Tentang dua rasa berpadu dalam cinta
Bergelora menggempar sebuah romansa

Dalam Khayalku kita bersatu
Atas ikrar suci janji terpadu
Mengikat kita dalam satu ikatan nurani
Bersama memadu jalinan kasih

Ya.. Dalam kHayalku
Kau salalu menari, bernyayi tak pernah sepi
Semua bergitu indah dalam kanvas lukisan ini
Semua nyata dalam relung hati

Sebuah Alun kidung rindu tercipta
Sebuah kisah telah terukir
Bercerita kisah bisik angin untuk bidadari
Kisah yang terpatri dalam prasasti hati

kini dalam nyataku kau hanya sebuah ilusi sepi
Kumpulan dari ingin yang tak teringi kembali
Biarkan semua terbang menderu dalam debu
Karena jauh dan sepi tertinggal sebuah mimpi

Depok, 16 Feb 2009


Deru roda takdir dan waktu terus melaju
Adalah satu alur kisah kita telah berlalu
Cinta dan duka telah jadi masa lalu
Walau Di hati Cintaku masih tertuju untuk mu

Masihkah kau simpan amarah mu itu
Saat angin tak bisa memutuskan sebuah ambigu
Angin telah pergi jauh berlalu
Mencoba mengubur semua kenangan kala lalu

Bukan angin tak mencintai lagi pemilik sepasang sayap itu
Yang selalu ku hembus dan ku belai dengan segenap kalbu
Bukan maksud angin untuk meninggalkan luka membatu
Tetapi naskah takdir sudah tertulis begitu

tahukah tentang betapa cinta angin kepada pemilik sayap biru
tentang rasa yang selalu bergelora dan menggebu
Yang selalu hidup dan bermain dalam imajiku
Takbisa bersapa dalam cinta hanya diam membisu

Rasa cinta ini pada pemilik sayap itu
telah menggores luka dalam pada sembilu
masih ingatkan lagu perpisahan ternyanyi kupu-kupu
Kini angin hanya mencintai di balik langin biru
Sampai kini angin tetap mencintai pemilik sayap itu

terbanglah
kepakan sayapmu,
pancarkan sinar indahmu
Karena angin akan tetap mencintaimu...
Sampai kapan pun, dan bukan sebuah cinta semu

Dibalik semburat putih wajahmu teduh
Anganku melayang-melanglang jauh
Sepucuk harapan bermain dan berlabuh
Mengharap kau semakin bertumbuh

mawar mudaku nan ayu bersahaja
Dalam panas mentari elokmu menebarkan makna
Menepiskan duka, menghantarkan bahagia
Menarik segenap alam tuk hening memuja

kaulah pengganti bidadari terbang
Mengalirkan manis madu pada sejuta kumbang
teruslah bernyanyi dalam tangis riang
Besar dan tumbuh dengan senang

Kini Aku menunggu mekarmu penuh
Akan ku jaga dengan segala peluh
Di sini --menanti, kuncupmu tumbuh
teruslah mekar kuncup mawarku teruslah tumbuh

penghujung laju berselimutkan mega
bercanda mesra engkau dengan angin kelana
sang bayu terus saja nakal menggoda
Malu memuji indahmu Putri tercinta

Sepoi-sepoi bercanda di antara kelopak mata lentik
Semilirnya menitipkan embun sepercik
Sebagai sajak rayuan yang lembut menggelitik
mawar muda kuyang teramat cantik

Depok, 16 January 2008
Teruntuk Putriku tercinta " Quineisha... "

;;