IqEwVr5RYHY5lcozd7fQs7f4kHQ
(cerpen) Doa Raina - Bisik Angin Tuk Bidadari

(cerpen) Doa Raina

Sudah empat bulan aku bergelut dengan pekerjaan yang menumpuk, lupa waktu dan keluarga, karena kerja begitu menggairahkan bagiku, begitu banyak tantangan yang harus kutunaikan begitu aku berfikir, mungkin hasrat kerja ku ini dikarenakan keinginan ku untuk meraih jawaban kosong di kantor itu, sehingga aku sering mengabaikan keluarga kecil ku dirumah.

Pulang Kerja pukul 9.00 sampai dirumah, ketika buah hati tercinta mengajak ku bermain, walau sebenernya ku tahu Reina putri ku tercinta telah mengusahakan untuk menahan kantuknya agar bisa bertemu ayahnya nya tercinta, tetapi aku hanya acuh dan menanggap dingin ajakan mainya.

"Ayah, Reina baru diajarin sama buguru buat gambar ini" Raina dengan bangga berusaha menunjukan kepadaku bahwa dia telah berhasil menggambar sepasang burung merpati, sekilas aku memperhatikan gambar itu, tetapi hati ini acuh tak acuh, pikiranku masih melayang ke kantor, dimana aku berhasil menyumbangkan gagasan dan dipuji pak Indra Direktur Keuangan ku. Aku tetap larut dalam pikiran ku sendiri sedang Reina masih berusaha menceritakan sesuatu dan berusaha untuk mendapat perhatian dariku.

Sabtu minggu pun aku masih terlarut dalam proyek yang ku kerjakan, aku tidak pernah mengajak reina dan istriku untuk berlibur, sabtu minggu ku habiskan waktu di kantor, terkdang reina merajuk. "ayah kerja terus sih... kapan main sama reina" protes putriku tercinta. "nanti ya sayang ayah harus bekerja keras untuk cari uang" elakku kepada reina.

****************
Ya Tuhan sembuhkanlah ayahku, agar ayah bisa bermain sama raina lagi ya Allah.... Reina sayang sama ayah.... Amin

tersentak kaget seperti orang terbangun dari tidur, ketika aku mendengar doa anak ku yang cantik, dengan rambut kuncir dua dan wajahnya yang lugu itu. Reina sedang berdoa kepada Tuhanya, meminta agar ayahnya cepat sembuh, dengan wajah dan mimik serius tak elak aku tersenyum memandangnya. Selesai berdoa ia mendatangi ku, dengan senyum manisnya, dan wajah lugunya dan seakan dia berharap bahwa ayahnya bisa sehat kembali.

Aku meneteskan air mata, aku terharau, tak pernah menyangka aku memiliki peri kecil yang baik, yang dianugarahkan oleh Allah kepada ku. Aku kini sedang terbaring lemas tak berdaya diatas tempat tidurku, karena penyakit Tifus yang sedang menyerangku dan aku tersadar bahwa empat bulan ini aku terlalu memforsir diri melupakan keluarga kecilku, merupakan peri kecilku yang cantik.

" Makasih ya sayang, reina anak yang baik sekali " ketaku sambil mengelus rambutnya

" Iya ayah, raina mau merawat ayah, " jawabnya dengan senyum termanis di bibirnya

" Memang kamu bisa merawat ayah" Tanya aku

" iya kan kalau besar reina mau jadi dokter" sebuah celetukan yang polos terlontar darinya.

" Ayah sayang reina " ujarku sambil berusaha memeluk peri kecilku yang tercinta

" Reina Sayang sama Ayah" ujarnya dengan tulus

Ya Allah... aku tak ingin ini semua berakhir, aku telah melupakan dia peri kecilku, aku terlarut dalam mimpi-mimpi dan mengabaikanya, ini adalah saat-saat yang membahagiakan ya Allah. Begitu pintarnya peri kecilku menjaga dan merawatku saat aku sakit, sedang selama ini aku tak punya waktu dan acuh kepadanya. Padahal dialah peri kecilku yang pada awal nya begitu kunanti kehadiranya.

Ingat dulu saat kamu pertama ada di dalam perut ibumu, reina.. ayah bahagia menitikan air mata saat ibumu memberi tahu ayah bahwa ada kamu disitu, saat dimana menjalani waktu 9 bulan membantu ibumu menjaga hingga saat kau terlahir, dimana saat ibumu meminta Jambu Monyet di saat ngidamnya, walau susah ayah berhasil mendapatkanya di daerah sukabumi di tempat teman kantor ayah disana, dan juga ayah memanjat sendiri pohon jambu monyet itu. Walau ternyata ketika segigit jambu itu ibu mu ternyata tidak menyukainya nak.

JUga saat kami berburu informasi tentang bagaimana menghasilkan kamu yang sehat nak, saat ibumu ayah paksa makan tomat dan meminum air kelapa hijau agar kulitmu bersih dan cantik, walau sebenarnya ibumu tidak menyukainya nak. atau ketika setiap malam ibumu meminta pijit karena kelelahan menggendong mu setiap malam, dan ayah menjadi tukang pijatnya. begitu ayah menginginkamu nak.

serta bagaimana sakitnya detik-detik kelahiran mu dimana ayahmu selalu setia mendampingi kedatangan kedunia ini, dengan susah payah ibu mu berhasil melahirkan mu, atau saat ayah begitu bahagia saat kau pertama menapakan kebumi, dengan suara yang keras kau kalahkan dunia nak. Ayah tersedar kini keadaan kita memang lebih baik. tidak seperti dulu saat kami masih tinggal dirumah kontrakan sederhana disana nak.

Maafkan ayah nak, ayah bekerja keras karena ingin membahagiakan mu, ayah ingin kamu dan ibumu hidup dalam keadaan bahagia tidak kesusahan nak, tapai hal itu malah membuat ayah seperti melupakan mu, ayah menyia-nyakanmu, terlalu larut dalam pekerjaan-pekerjaan kantor, yang tak pernah memperhatikan cerita-citamu Raina.

*********
Kemarin-kemarin ayah terlalu memaksakan diri untuk bekerja mengejar mimpi sendiri, bekerja lembur, bekerja denga giatnya, pulang capek, tak menggubris kamu yang memang ingin dimanja oleh ayah raina, walau sering kamu sudah tertidur menunggu ayah pulang, dan terbangun saat langkah kaki ayah memasuki rumah kita, dan tetap kau ceria raina putri kecilku.

Dan Kemarin, tepat kemarin ketika tubuh ayah ini tidak bisa begerak maksimal, dan perut ayah sakit Dan semenjak tiga hari lalu, saat ayah terkena tifus, dokter meminta ayah untuk istirahat diruamah, raina peri kecil ayah selalu tersenyum gembira menjaga ayahmu ini.

" Ayah, reina senang ayah ada dirumah, raina jadi bisa main sama ayah" begitulah kamu bercerita dengan antusias menginginkan bermain dengan ayah mu ini, dan hal itu menyadarkan ayah nak, bukan hanya materi yang kamu butuhkan, tapi juga belaian lembut dan kasih sayang dari ayahmu ini, yang memang terkadang lupa terhadap mu.

Kini, setelah mendengar doanya, ayah baru menyadari. Bahwa selama empat tahun kamu diamanahkan kepada kami, ayah belum begitu bisa menjaganya. Dan selama itu pula, aku tak pernah menyesal. Padahal ayah mungkin telah mengecewakannya begitu rupa.
saat ini ... Sebuah doa tulusmu telah berhasil membangunkan aku dari kekhilafan. ayah berharap, dan akan berusaha berjuang keras... untuk tidak menolak keinginan baikmu. Untuk menyambut perhatian yang ia damba dari ayahnya.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada ayah, untuk dapat berubah menjadi Ayah yang lebih baik buatmu. Karena Allah telah begitu sayang kepadaayah, dengan memberikan putri yang demikian sholih... hingga dalam usianya yang relatif sangat sangat muda, doa tulusmu telah mengalir buat ayah mu ini raina.

Dan semoga kelak ia menjadi anak yang sholih, yang bisa menerangi kubur dan mengangkat derajat kami di Syurga, dengan doa-doa panjangnya yang melimpah, aamiiin... Ayah mencintaimu Raina.... Selamat tidur nak, ayah akan berusaha membahagia kan mu menjadikan kamu nomer satu dibanding pekerjaan ayah.... Maafkan ayah ya raina...


Depok, 6 May 2009
Erwin Arianto
Http://coretanpena-erwin.blogspot.com

1 komentar:

Nacha mengatakan...

Pak Erwin...

Cerpennya bagus...saya tertarik baca karena kebetulan nama tokohnya sama dengan anak saya. Kebetulan juga "semangat-nya" sama dengan yang saya alami.

Salam kenal ya Pak.
dausyk@gmail.com