IqEwVr5RYHY5lcozd7fQs7f4kHQ
Desember 2008 - Bisik Angin Tuk Bidadari

Tips Meminta Kepastian Cinta Si Dia
Ada beberapa langkah yang cukup fair yang bisa dilakukan oleh para wanita dalam menyiasati sikap si Dia yang takut untuk berkomitmen dan masih enggan untuk mengajak menikah.

Berikut langkah-langkahnya :

1. Dengan terus terang dan terbuka mengatakan kepadanya bahwa anda cukup mengerti dengan kondisinya, karenanya mintalah si dia untuk juga mengerti posisi dan kondisi anda sekarang ini.
2. Tanyakan sekali lagi kepastian kapan dirinya benar-benar siap untuk menikah.
3. Ingat kelonggaran yang anda berikan juga ada batasnya.
4. Pun, yakinkan pada si Dia bahwa yang anda lakukan bukanlah semata-mata untuk mengancam atau memaksanya melainkan anda mempunyai tujuan yang lebih baik yaitu hidup berumah tangga dengan dirinya.

" Jika Ditarik Ulur "

Dengan dasar cinta dan juga masa pacaran yang dinilai sudah cukup lama untuk mengenal karakter masing-masing, tentu saja tak aneh bila kemudian Anda ingin melanjutkan hubungan tersebut ke jenjang pernikahan. Namun apa jadinya bila ternyata kekasih malah tak menunjukkan keseriusannya? Bahkan ia sempat menghilang dan muncul kembali akan tetapi belum menunjukkan jawaban tegas?

Pendeknya pasangan Anda seperti orang yang labil, pikirannya tak tetap. Kadang-kadang bisa serius, tapi di lain waktu seperti menjauh. Dengan keadaan ini tentu saja Anda merasa dipermainkan. Terlebih usia Anda yang tergolong sudah siap untuk menikah. Kalau sudah begini apa yang harus Anda lakukan? Juga menjauh dan bahkan tegas memutuskannya? Atau bersikap setia dan sabar menunggunya memberikan jawaban seperti yang Anda inginkan?

Agaknya jangan dulu langsung berkata putus, karena tak mudah untuk membangun sebuah hubungan dari awal lagi dengan dasar cinta dan kesetiaan. Tapi memang pikiran yang sudah tidak lagi positif dalam hal ini penuh dengan kecurigaan, merasa tidak dihargai dan juga merasa dipermainkan menuntut Anda untuk mengambil langkah pisah. Tapi apakah semudah itu?

Ini tentu saja berarti meski Anda dan pasangan Anda sudah saling mengenal kekurangan dan kelebihan masing-masing, ternyata Anda belum dapat menerima kekasih Anda apa adanya.

Pikiran negatif yang memenuhi benak Anda tentu akan sangat menguras banyak energi. Jika Anda berpikir untuk bersatu kembali, Anda harus melihat kesiapan diri Anda sendiri. Sebisa mungkin bicarakan berdua, apakah Anda memang melihat adanya masa depan dari hubungan ini. Kalau memang jawabannya positif, Anda berdua harus mampu membangun dan menciptakan hubungan harmonis.

Anda juga harus menemukan bukti yang jelas, dari kecurigaan yang Anda rasakan selama ini. Dengan demikian Anda tentu akan merasa sedikit tenang.

Yang pasti Anda harus berusaha untuk mengajaknya bicara dari hati ke hati. Tanyakan mau dibawa kemana hubungan ini. Soal usia jangan pernah dijadikan patokan untuk kesiapan Anda untuk melangsungkan pernikahan. Yang pasti menunggu orang yang tepat dan diyakini sebagai pasangan hidup Andalah yang lebih baik dibanding memilih yang telah tersedia namun tak memberikan kebahagiaan untuk ke depannya

Tips Beruntung Dalam Percintaan

Bener ga sih? Katanya cinta hanya buat mereka yang beruntung saja? Beberapa orang mungkin akan mengatakan sangat setuju, sedangkan beberapa orang menyatakan bahwa semua orang bisa. Menurut salah satu ahli, Kathrin Lord, ternyata beruntung untuk urusan cinta itu bisa dipelajari lho! Coba deh baca langkah-langkahnya dibawah ini

1. Tahu dulu apa yang Anda mau.

Wajah dan penampilan anda bisa diubah, tetapi karakter anda tidak. "Chemistry" antar anda berdua memang menyenangkan, tapi jangan bergantung sepenuhnya kepada nafsu.

2. Anda harus jelas juga apa yang tidak anda inginkan.

Dengan mengetahui apa yang tidak akan pernah anda toleransi dari seorang partner adalah hal penting. Bikin daftar "Tidak suka" dan kemudian pilih 10 yang paling penting. Jika lebih dari 10, maka berarti anda terlalu pemilih.

3. Jalani hidup anda.

Sekali anda tahu apa yang anda ingini (dan yang tidak anda ingini) dalam suatu hubungan, geser fokus anda untuk menjalani hidup. Anda akan menemukan bahwa anda mulai merasa bertemu dengan orang-orang yang cocok dengan kriteria anda, dan dengan mudah segera menggeser mereka yang tidak.

4. Coba lihat gambaran yang lebih besar.

Jangan coba terlalu berat, sehingga terkadang anda melewatkan beberapa hal penting yang ada. Jika memang anda baik dalam berkonsentrasi terhadap suatu hal, coba anda mundur sebentar dan coba lihat kondisi yang ada. Pastikan hidup anda terasa menyenangkan dan indah, jangan terlalu serius dalam segala hal.

5. Keluar dari "sarang" anda.

Buat kesempatan mengembangkan kehidupan sosial anda, dan bertemu orang baru. Coba ubah rutinitas anda, pernah anda mencoba mengundang teman-teman untuk sekedar bertemu? Coba cari ide untuk membuat perayaan kecil-kecilan dan jadikan diri anda pusat perhatian!

6. Buka mata dan tingkah laku anda.

Orang yang "beruntung" akan menciptakan, dan memaksimalkan kesempatan yang ada. Coba bicara dengan orang lain pada saat belanja dan mengantri di kasir. Selalu siap dengan "kartu nama" dengan informasi kontak anda.

7. Selalu ingin tahu.

Jangan puas hanya dengan apa yang kelihatan. Coba tanyakan, coba ingin cari apa yang ada di belakang itu semua, dan usahakan ketemu jawabannya!

8. Coba sesuatu yang baru.

Cara paling baik untuk mempertahankan semuanya seperti apa adanya, adalah tidak mencoba sesuatu yang berbeda. Coba buat perbedaan dalam rutinitas anda, jadi anda akan tetap waspada. Coba selalu perhatikan tentang apapun yang terjadi. Tetap terbuka untuk semua kesempatan yang ada, dan gunakan semuanya sebaik-baiknya!

9. Selalu siapkan diri untuk menerima nasib baik.

Perhatikan pesan-pesan negatif dari diri anda sendiri, dan gantikan dengan semua pikiran positif, misal: "Ah.. aku kan nggak cantik, nggak mungkin bisa pacaran," coba ganti dengan "Ah, berarti belum ketemu yang pas aja kok, paling nggak lama lagi ada orangnya". Selalu kelilingi anda dengan orang-orang yang dapat menjadi contoh baik.
10. Belajarlah dari pengalaman (nasib) buruk.
Coba ambil langkah untuk mencegah kemungkinan buruk yang ada terulang lagi, lalu biarkanlah apa yang "buruk" tadi berlalu. Jangan diulang-ulang lagi nasib buruk yang ada, coba ikuti elemen positif yang ada.

Sumber ; KapanLagi.Com

Kado Terindah Dalam Hidupku

Waktu berjalan terasa lambat menuju waktu pernikahan ku dengan Mas Rezard seorang mantan rekan kuliah ku di universitas Pendidikan keguruan, saat ini mas Rezard adalah seorang guru honorer untuk sekolah SD dengan pengabdian sebagai guru yang sangat besar mas rezard adalah tipikal orang yang sederhana dan baik serta hampir tidak pernah keluar keluhan dari nya. dia selalu menjalani hidup sebagai guru honorer yang tidak jelas kapan akan diangkat menjadi pegawai PNS.

Kenapa? Tanya beberapa kerabat dan teman, teman ku saat aku menghantar surat undangan kepada kerabat dan teman dekatku.

Pada awalnya aku yang kata orang berparas cantik berkulit putih dalam hatiku mempunyai jawaban kenapa mau pacaran dan mau menerima lamaran Rezard.

"Jangan bercanda Quineshia..." Ujar Ayah kepada ku

Suasana seketika menjadi diam dan mencekap Semua menatap ku! saat itu

saya serius ayah! tegasku sambil menerkapa yang akan terjadi selanjutnya, "apa yang salah jika rezard melamarku, bukanya di dalam islam kita di wajibkan untuk menikah jika merasa sudah mampu untuk menghindarkan dari zina"

Tidak ada yang salah, suara ayah dengan nada yang tidak enak, hanya di luar perkiraan ayaj bahwa Rezard berani melamar anak ayah yang paling cantik! dengan keadaan dimana mata orang tuaku memberi tatapan mata penuh selidik dan aku seperti seorang pesakitan yang sedang diadili.

'Ibu rasa kamu tidak serius dengan Rezard, Quineisha Widyadhana Adzikrin," ucap ibu memanggilku dengan nama lengkap ku, itu menandakan ketidak setujuan ibu

aku diam dan hanya terkesima dengan keadaan yang tidak mengenakan itu. "Kenappa yah..." tanya ku kepada ayah...

"Sebab kamu gadis Ayah yang paling luar biasa.." ujar ayah kepada ku..... dengan di lanjutkan "Sebab kamu paling luar biasa dibandingkan kakak-kakakmu. Mulai dari pemilihan model, sampai juga juara debat,kamu memiliki bakat tarik suara, masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu akan bisa melajutkan usaha ayah Bakatmu yang lain pun luar biasa. quineisha sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!, tidak harus rezard...." ucap ayah dengan ucapan yang setengah di tekan dan sedikit bergetar...

"Sedangkan Rezard hanya seorang guru honorer, yang tidak punya masa depan, berasal dari keluarga sederhana, apa yang akan kamu harapkan Quineishia...? " tanya ayah kepada ku...

"Ayah, aku mencintai rezard.... Aku tidak melihat Rezard sebagai orang yang sederhana, Rezard taat beribadah.., pekerja keras... bukankah kita melihat seseorang bukan dari kekayaanya, tapi dari kepribdianya, Quineishia juga yakin akan bahagia bersama Rezard ayah.. dia bisa membimbingku..." Ucapku mempertahankan apa yang aku anggap benar

" Apa yang kamu harapkan dari dia Quineshia, lelaki miskin hanya sebagai guru honorer, buka matamu Quineshia..."

"sudah ayah ini keputusanku.. ini jalan hidupku.. aku yang menentukan sendiri, bukan jaman siti nurbaya saat ini..." ucapku mempertahankan apa yang aku anggap benar.. "banyak orang yang berharta, tetapi setelah menikah mereka mencampakan istri-istri mereka, mereka berpoligami, banyak yang memiliki harta hidup mereka tidak bahagia jangan melihat apa yang ada diluarnya ayah.. coba lihat kepribadian rezard" ucapnya kembali

Walau dengan 1/2 hati tidak menerima akhirnya Aku menikah dengan Rezard dalam suasa yang sederhana, tapi satu hal yang membuat Aku tidak bersedih.. ayah tidak menjadi waliku dalam pernikahan, ayah sangat marah kepadaku karena keputusan yang aku ambil...

***
"Sayang..... Selamat ulang tahun" bisik Mas Rezard tepat dihadapanku.. aku yang masih setengah terlelap hanya memicingkan mata dan kembali menarik selimut setelah menunggusekian detik tak ada kata lain yang terlontar dan tidak ada kado dihadapanku

Saat ini usiaku dua puluh lima tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. tidak ada yang khusus, tidak ada mawar, tidak ada kado, memang hal ini membuatku sedikit malas, terdapat sedikit fikiran nakal ku "seandainya dulu aku tidak menikahi rezard" gumamku.. tapi bukankah pernikahan ini adalah pilihan ku.. aku pun rela menentang ayah dan ibu dulu.

Aku agak malas untuk menuju ke kamar mandi untuk berwudhu, seperti biasa aku dan mas rezard menunaikan Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. "Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me...." Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resort di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

Mas rezard masih seorang guru honorer, sedangkan aku telah mendapatkan pekerjaan yang baik di Sebuah perusahaan minyak terkemuka, kadang dalam rumah tangga ini seperti aku yang membiayai, gaji mas rezard hanya 1/5 dari total gajiku. tapi bukankah aku mencintainya bukan karena hartanya, walau kadang pikirian nakalku menginkan dimanja dengan fasilitas, saat seperti masih tinggal bersama ayah dan ibu dulu.

"Selamat ulang tahun ya Sayang'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.
Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur.. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya Quineishia sayang, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya sayang?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas tenteng abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya sayang? Maaf ya sayang'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya sayang... terkadang aku masih dibantu kamu dalam menafkahi dirimu" desah mas rezard.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

tiba-tiba "Duuh…perutku sakit mas.. mulas sekali" ujarku... keluar cairan bening seperti air kelapa dari kemalianku.. "Kenapa kamu sayang.." tanya mas rezard kepadaku... "Mas sepertinya aku sudah mau melahirkan mas...." seruku...

Hari itu juga dengan mengendarai motor butut mas rezard kami bergegas ke Klinik Bersalin "SUCI", tempat dimana saya berencana untuk bersalin. Setelah menunggu beberapa menit di Ruang Tunggu, akhirnya sayapun masuk ke Ruang Dokter pemeriksaan dengan ditemani Mas Rezard.

Sesampainya di Klinik, Aku langsung disambut beberapa Perawat, Bidan, dan seorang Dokter Umum. Bidan yang akan menangani proses persalinanku segera menuntun Aku masuk ke Kamar Pemeriksaan untuk dilakukan pemeriksaan dalam. Tidak dalam hitungan jam, alat-alat dan perlengkapan Infus sudah disiapkan. Sewaktu melihat Jarum Infus dan Botol Cairan, hatiku makin berdegup kencang. Maklum perasaan takut senantiasa menyertai, apalagi sebelumnya, saya sama sekali belum pernah merasakan jarum infus ditusukkan masuk ke pergelangan tangan saya.

Sambil Dokter meraba-raba pergelangan tangan saya untuk mencari denyut nadi yang pas tempat jarum infus ditusukkan, saya meminta izin untuk mendengar Nasyid Raihan melalui walkman yang saya bawa dan persiapkan dari rumah. Saya berharap, alunan melodi Raihan yang khas dan cantik itu dapat meredam rasa sakit saya apabila mata infus ditusukkan. Kupejamkan mataku, "Srrrrttt.." darahku muncrat keluar akibat tusukan jarum, perih rasanya. Cepat-cepat perawat mengganti pangkal jarum dengan pipa infus, katanya agar Page 2 of Ketika Ke-perempuan-anku Hampir Lengkap 6 darahku tidak banyak yg terbuang, sehingga cairan infus pun akan mudah masuk melalui pembuluh nadiku.

Alhamdulillah…prosesnya cepat usai, sambil berdzikir tak berhenti kunikmati acapella Raihan. Tidak beberapa lama kemudian, Adzan Magrib pun terdengar, saya pun bangkit dari pembaringan, dengan dibantu Mama, saya sedikit dibopong ke Kamar Mandi untuk Wudlu. Seusai Sholat Maghrib, saya tetap berdzikir sambil menunggu waktu Isya'. Setelah menjalankan kewajibanku untuk menunaikan Sholat Isya', kembali kubenahi tempat tidurku yang agak sedikit berantakan. Kini, jam dinding menunjukkan pukul 8 malam tepat, mules-mules diperutku sudah mulai muncul. Pikirku, obat peransang melalui cairan infus ini sudah bereaksi. Bawaannya pengen buang air melulu, berkali-kali saya keluar masuk kamar mandi. Memang prosesnya lumayan repot, abis…. botol infus dan tiang penyangganya harus setia kubawa-bawa hingga ke kamar mandi. Setelah mondar-mandirnya lumayan lama, akhirnya Bidan dan Dokter masuk ke ruanganku, ditanyakannya keadaanku, cepat-cepat
saja kujawab kalau sakitnya sudah sedikit terasa. Merekapun menyuruhku agar segera beristirahat, mengingat sebentar lagi saya bakal membutuhkan banyak tenaga untuk proses bersalin.

kulewati detik demi detik dengan sabar dan tetap ingat kepada-NYA, dan mas Rezard masih setia menemaniku melewati detik-demi detik persalinanku... "sabar ya sayang.. terus istigfar dan jangan berteriak.." mas rezard dengan tenang berusaha membuatku tenang..

MasyaAllah….Subhanallah…sakitnya makin menjadi-jadi, tadinya hanya berinterval 15- 15 menit sekarang sudah 5 menit-an, sedangkan waktu masih menunjukkan pukul 11 malam. Tulang panggul dan bokongku serasa pengen lepas, perasaan buang airpun juga semakin sering muncul. Sakitnya begitu nyeri, melilit-lilit dari panggul menusuk ke rahim bagian dalam. Setiap 5 menit, kurasakan sakit yang sama, dibawah perut terasa teriris-iris, bagai disayat sebilah pisau. "Allahu Akbar"….sakitnya benar-benar sakit. Tidak pernah kurasakan sakit seperti ini sebelumnya, keringat dingin dan peluhku begitu cepat membasahi sekujur tubuh. Setiap sakitnya datang, saya hanya bisa meringis dan menggigit ujung bantalku untuk menahan sakit. Tidak henti-hentinya, kusebut AsmaAllah "Subhanallah..walhamdulillahi ..walaa Ilaahaillallah..walahaula walaquwwata Illahbillah Wallahu Akbar"

Jam 01.00 sianghari, sakit di perut saya makin tidak bisa ditolerir, rasa melilit dan ditusuk-tusuk masih bersarang, saya hanya bisa sedikit mengerang sambil terus mengucap kata Tahmid, Tahlil, dan Takbir. Semua kemungkinan terburuk mulaiterbayang, menari-nari di ruang benak saya. Dadaku pun semakin sesak, tidak ada tempat untuk berbagi, hanya kepada Allah, saya adukan semuanya. Mama tidak ada mendampingi, begitupun Mas Rezard, hanya kepadaNYA kupasrahkan semuanya,
karena kuyakin DIA Maha Menyaksikan.

Tepat jam 04.30 sore, sakit di rahim saya mencapai klimaksnya, beribu-ribu peluh terus keluar dari setiap pori-pori kulitku, penglihatanku semakin kabur, bahkan airmata pun tak terbendung. Rasa sakit itu terus menghujani, sebagai pertanda bayi mungilku tidak sabar lagi untuk melihat dunia. Kuelus perutku, sambil bergumam, "InsyaAllah, jika Allah mengizinkan, sebentar lagi…Mama… akan memelukmu…" Akhirnya, saat yang kutunggu-tunggu telah datang, Bidan beserta 2 orang perawat datang menghampiriku, dengan sigap Bidan mamakai sarung tangan steril, tujuannya tidak lain tidak bukan untuk melakukan pemeriksaan dalam terhadap leher dan muara rahimku. "Alhamdulillah!!"…pekik Bidan itu, "pembukaannya sudah lengkap, mari…saya tuntun ibu menuju Kamar Bersalin". "DUG"….hatiku tersentak kaget, seluruh tubuhku gemetar.

Setibanya di Kamar bersalin, kembali saya dihimpit rasa takut, "Alat-alat itu… jarum..gunting, mangkok stainless, lampu bersalin, tabung Oksigen" Membuat nyali ku kiyut. Subhanallah….kuatkan Aku…. Dengan dihimpit beribu rasa takut dan waswas, pelan-pelan ku rebahkan tubuhku di atas matras bersalin, sambil membenahi jarum infusku yang hampir terlepas. Selang beberapa menit kemudian Ibu Bidan menghampiriku, "Nak, saya tinggal sebentar…saya Sholat dulu…. …setidaknya kita
sama-sama berdoa…semoga Allah meridhoi proses persalinan ini, …InsyaAllah..setelah Sholat…..Ibu akan bimbing….dan sebaiknya…jangan berkuat dulu."….MasyaAllah….

Hatiku begitu giris, melewati setiap detik ini yang terasa begitu lama, bahkan sakit di rahimku pun semakin sakit. Kantung ketubanpun sudah pecah, airnya menghambur keluar, membasahi hampir seluruh permukaan matras."Astagfirullah… astagfirullah…"..tak henti-hentinya saya beristighfar. Tidak lama, sekitar 10 menit kemudian, Ibu Bidan pun datang mendekatiku, sambil tersenyum diusapnya kepalaku "Kita bisa mulai sekarang…" sambil memberi isyarat kepada 2 orang perawat untuk segera menyiapkan segala sesuatunya.

Dengan posisi setengah duduk- setengah berbaring, kurenggangkan kedua kakiku, kuletakkan kedua tanganku dibelakang kepala untuk membentuk daya dorong. Ibu Bidan pun memberi instruksi, agar saya bersiap-siap mengejan…."Satu..dua… tiga…"….."Akkkkkhhhhh……"…kutahan nafasku sambil kupejamkan mataku…perih rasanya….."AllahuAkbar..!!"….sakitnya begitu perih apalagi di sekitar leher rahim. Terus kucoba untuk berkuat….., setiap kali sakitnya datang membahana, kususul dengan
tindakan mengejan. Suara Ibu Bidan…perawat… terus terdengar untuk memberi sugesti
terhadapku agar saya terus berkuat.

Hampir setiap 5 detik kurasakan hal yang sama..teramat perih..nyeri ….…menusuk dari tulang panggul hingga ke ulu hati… peluhku pun sekonyong-konyong membasahi semua permukaan kulitku, kedua tangan dan kakiku terasa amat dingin, …MasyaAllah…ampun Ya…Allah….sakit nian sakit ini.
Begitulah seterusnya, hampir 40 menit, saya merasakan sakit yang sama. "MasyaAllah!!!"..pekikku dalam hati…sambil melirik jam dinding yang berada tepat dihadapanku…jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.05, namun proses bersalin belum kunjung usai. Hatiku pun semakin takut, kembali dihinggapi rasa cemas, belum lagi tenagaku hampir habis, hampir mendekati titik nol. "Subhanallah.." saya mesti berbuat apa…akankah saya dioperasi?…akankah bayi saya terselamatkan…akankah saya diberi kesempatan untuk menatap kembali wajah-wajah orang yang kukasihi ?….Allahu Akbar…saya pasrah kepadamu…Yaa..Rabb…

Air mataku pun mulai berjatuhan satu persatu….syahdu hati ini..tak ada lagi kekuatan… kedua tanganku lunglai …tidak mampu menopang kepalaku…penglihatanku semakin gelap…sekujur tubuhku gemetar, mulutku kaku, tenggorokanku kering….Inikah maut yang menjemput…."Subhanallah…..aku siap Yaaa…Allah…namun … anakku…"…..tiba-tiba sayup kudengar suara Ibu Bidan .."Nak…sedikit lagi….kepala bayi sudah di pintu….Sekali lagi!!!"…..dengan kekuatan…..yang saya yakin datangnya
dari Allah…...saya mengejan kuat-kuatnya….."Prooottthhh…!!"…"Oeeee…ooooeeeeeeeee….oeeeee………"…..Alhamdulillah.."..pekik Ibu Bidan…"Anak yang cantik….!!…

MasyaAllah….itu …..itu….bayiku… bisikku….kupaksa untuk membuka kedua mataku walau terasa amat berat…Ya, bayi merah itu anakku…tidak salah lagi… Alhamdulillah…AllahuAkbar….berpuluh-puluh pujian keluar dari tenggorokanku

"mas rezard lihat aku, bayi kita mas...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya.., dan kamu mengasih aku seorang bayi mungil tepat ketika aku ulang tahun mas"senyumku sambil mengelus seorang bayi wanita yang cantik. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas . Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah... Terimaksih ya Allah.. Terimakaih Mas rezard.. dan ini adalah kado terindah dalam hidupku....

15 Desember 2008
http://coretanpena-erwin.blogspot.com/

Mega putih berkelebat di sore ceria
Bersenandung kata bernada terbawa pesona
Menari angin di balik sela reranting kita
Elok suara merdu bak perindu bercerita

Udara yang terdiam memancar nuansa
Menghadirkan senyum tumpul sang mentari
bias sinar menyurut berubah jingga
Hati merindu teringgat dia tercinta

lamunan hati di altar ketermangguan ada
Menanti tak bertepi dalam sendiri
membayang wajah manis sang bidadari hati
merajut asa tertinggal di antara ruang nyata

Rindu tebalku menyulam pintalan doa
Tanpa lelah Untuk mu yang terindah
Bagaimana kau akan tahu aku disini mengingatmu
Sedang kita selalu Bersapa dalam hampa

Tarian waktu tak terhenti
Berkuasa membawa diri pada masa kepastian
Bagaimana bisa ku membiarkanmu berlalu
Di saat ku terlanjur jatuh hati padamu bidadariku

Depok, 15 Desember 2008
Erwin Arianto

bidadari Lampau

Semalam Bulan menghilang
pagi ini pun mentari bersembunyi
dibalik jingga mega
Mendung tampak mengusir luka

lihatlah Lautan masih kekeringan, sebab
Daratan masih saja tergenang air bah
Seperti Hatiku yang lugu
Teringat cinta itu yang selalu kutunggu

Aku tak mampu mendampingimu sampai nanti
Aku tak pernah mampu berjanji menyatu hati
Walau aku tak bisa membohongi diri ini
Karena kau satu yang tercintai

Tapi jika ku terima takdir terjalani,
biarkan aku mencintaimu Hari ini
Besok, atau lusa walau semua hanya di dalam sini
Dengarlah selalu bisik cinta yang terpunyai
Yang hanya untuk Bidadari pergi

Salam Untuk mu bidadari lampau
yang selalu ku erang dalam igau
kan ku jaga satu rasa yang ada
Hanya untuk seorang bidadari hati

Depok, 5 Desember 2008

;;