IqEwVr5RYHY5lcozd7fQs7f4kHQ
(Cerpen) Tuhan Kan Membuat Semua Indah pada Waktunya - Bisik Angin Tuk Bidadari

"Mas Satrio hati-hati ya" Ucapku mengingatkan Mas satrio untuk berjalan hati-hati karena cuaca hujan yang mengguyur minggu siang itu. saat itu kami habis membeli sebuah cincin kawin untuk pernikahan kami 2 bulan lagi. dan saat itu keadaan kami begitu bahagia. dunia bertaburan warna-warna pelangi begitu indahnya, rencana kami untuk menyempurnakan separuh agama kami dengan menikah.

tapi rencana Allah tak disangka dan tak diduga, kita hanyalah mahluk yang tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, kita hanya menjalani semua yang tertulis dari qada dan qadhar dari sang khaliq, tanpa bisa merubahnya, ataupun menahannya.

"Allahhu akbar.................." pekikku panik, dan kami pun terpental jatuh dari motor mas
satrio ketika motornya menghantam lubang jalanan yang tidak terlihat karena genangan air. dan sebuah mobil Kijang biru dengan kecepatan yang sangat tinggi tidak bisa mengerem dan aku melihat kaki mas satrio tergilas mobil dan saat itu aku pun tak sadarkan diri lagi. itulah saat terakhir yang aku ingat dari kebersamaan ku bersama mas satrio wirasatriadji calon suamiku yang telah melamarku dari orang tuaku dan kami merencanakan pernikahan dalam waktu dekat

ini. Mas satrio seorang bertubuh Atletis dengan rambut ikalnya, dengan senyum yang jenaka dan menyejukan telah berpulang ke Sisi Allah.mas satrio, calon pengantinku, kemudian Pengantinku dimandikan, Dipakaikan baju cantik putih, Ditaburi wewangian kapur barus, dan dipersiapkan tempat pelaminannya berupa Keranda Hijau dan mas

satrio bersanding sendirian disana. begitu gagahnya mas satrio ku menuju kepergiaanya ke sisi Allah SWT. Dengan dipapah orang tua mas satrio, mereka mendampingi ku dalam pemakanan mas satrio. Sepasang tangan menyentuh siku, membimbing ku berdiri. Tak percaya aku melihat, wajah putih bersihnya di hadapan saya adalah mas satrio. "Innalillahi Wainnaillaihi Rojiun" mas satrio ku telah rapih di bungkus kain kafan dan diiringi dengan pengajian dan tetes air mata dari para saudara yang berdatangan dan ucapan belasungkawa dari para kerabat dan tetangga.

"Aku Turut Berduka cita Haf" ucap Dini sahabat karibku, Dini memelukku tanda bela sungkawa "Terimakasih ya.." ucapku menahan rasa sedih yang teramat sangat. Mas satrio ku telah berpulang disaat baju pengantin telah dipersiapkan, Seserahan sudah dibungkuskan, dan cincin kawin telah dibeli, semuanya terengut oleh takdir yang tak pernah ku duga.

Dan Jenazah tampan dari mas satrio ku telah siap di bawa ke liang kubur, aku semakin tak kuasa menahan perih di dada yang semakin menghimpitku, walau dengan keadaan terluka di sekujur tubuh karena kecelakaan kemarin, aku bersikeras untuk mengantar jenajah mas satrio ke pemakaman siang itu.

Bada Dzuhur, Jenazah mas satrioku diangkut oleh mobil jenazah ke pemakaman. aku mencoba dalam ikhlas melepasmu pergi, wahai yang terkasih. aku masih yakin, kaulah jalan untukku, menuju Dia Yang Maha Indah.

Ketika Jasad mas satrio di masukan ke dalam liang aku pun menangis histeris, "Sabar Haf, kuatkan hati, jangan diberatkan langkah mas mu dalam menuju perjalanan pulangnya, kirimkan doa agar di bahagia disana" ucap ayah ketika menahanku dalam keadaan lemas dan tak berdaya, dan hati ini masih tidak menerima kepergian mas ku tersayang, dan sesaat semua gelap,aku tak ingat apa yang terjadi setelahnya.

****************************
Aku tersadar esok paginya, jarum infus rumah sakit telah melekat di lenganku. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. melihat keadaan ku. "Kamu dah sadar Haf" tanya ibuku yang dengan tulus menemaniku dirumah sakit, meneruskan perawatanku karena kecelakaan itu. Aku berusaha memeluk ibu ku yang dengan setia menjaga dan menemaniku. sesosok orang yang paling aku cintai. "ibu..." aku berusaha akan memeluk ibu, tapi ibu menahan ku.

Ruangan kamarku di ketuk dari luar, ternyata dokter yang merawatku melakukan pemeriksaan harian rutin "Adik Cantik, kamu 2 minggu lagi telah boleh pulang" ucap dokter dengan bijak menentaramkan hatiku saat itu. "tapi kaki kiriku pincang kan dok" tanyaku sambil meyakinkan kenyataan bahwa aku kini menjadi cacat. karena kaki kiriku tertarik dan ada beberapa tulang yang patah akibat

kecelakaan itu, dan kaki kiriku saat ini di balut dan di bungkus untuk perawatan. "oh tuhan, mengapa kau timpakan cobaan terlalu berat kepadaku" ratapku pada tuhan atas semua kejadian yang menimpaku saat ini, aku sempat meratap, menangis dan mengutuk tuhan atas semua musibah yang terjadi, aku tak kuaasa menahan semua ini, aku yang sebelumnya telah memiliki semua,

Aku yang selalu bersyukur atas semua kehidupan yang diberi oleh tuhan, atas diriku, atas mas Satrio, dan keluarga kami yang mendukung pernikahan kami, dan sahabat-sahabat baik yang ada disekelilingku. tapi kini semua direngut oleh tuhan dalam waktu singkat semua berubah semudah kita membalikan telapak tangan.

AKu kini hanya wanita dengan kaki pincang, dan tidak mempunyai kekasih, aku kini gelap, tidak memiliki cahaya, sempat aku berontak kepada tuhan atas semuanya, dan aku menolak melakukan ibadah, aku tidak mau sholat, puasa, atau mengaji, yang dulu sering aku lakukan karena "Allah telah mengutukku", begitulah pikiran yang ada di dalam hatiku.

*****************************

Dalam keterpurukan ku beberapa orang terus berusaha membangkitkan semangat yang aku yang telah pudar bahkan telah redup. meraka adalah Orang tuaku, orang tua mas Satrio yang telah mengangap aku sebagai anaknya, Dini sahabat karibku dan managerku di kantor pak Banu. tetapi aku bergeming dengan semua usaha itu.

Karena aku merasakan kepedihan yang dalam, kepedihan lahir bathin, secara fisik kini aku adalah gadis pincang, secara Psikologi aku terguncang hebat, dadaku seperti bumi terkena hantaman badai meteor yang membuatku remuk redam dan tidak berbentuk. 2 bulan aku telah menginap dirumah sakit, kata dokter aku beruntung karena menggunakan helm dan kepalaku terlindungi.

Tiba waktuku untuk kembali bekerj, dengan perasaan minder yang begitu sangat membuat aku malu setiba di kantor, tatapan mata yang begitu menghina, begitulah perasaan ku ketika melihat beberapa rekan ku menatap kehadiranku dengan mata penuh kasihan.

Tetapi manager ku yang baik hati segera menyambut dengan senyum dan keramahan yang sangat,dan manager ku itu adalah Pak Banu. Pak Banu adalah seorang yang ramah, dalam usia yang dewasa dan telah memiliki dua orang anak yang lucu dan manis, dia adalah manager ku yang selalu mendukungku dalam kantor, dan tidak membedakan bahwa kini aku cacat. memang terkadang dunia terlalu kejam terhadap orang cacat. "Haf coba kamu bantu saya menyelesaikan Memeriksa laporan keuangan ini, saya kira ada yang tidak beres dalam laporan ini" ujar pak banu kepadaku. pak banu tidak pernah membedakan aku dengan karyawan lainnya, dan dia yang memperjuangkan aku untuk tetap dapat bekerja pada perusahaan ku saat ini, dan memperjuangkan agar aku di promosikan menjadi pegawai tetap di perusahaan ini.

"Haf, makan yuk" ajak dini sahabat karib ku untuk makan siang. "engga ah, aku bawa" ujarku kepada dini. "Aku sekarang tidak melihat kamu yang ceria lagi, yang selalu tersenyum dan sering ngerjain aku seperti dulu, sekarang kamu tertutup Haf" ucap dini kepadaku. "maaf din, sekarang aku hanya orang cacat yang tidak memiliki apa-apa" ujar ku menjelaskan kepada dini.

"sampai kapan kamu meratapi semua yang terjadi Haf" tanya dini, "sudah lah jangan ikut campur dengan urusanku" ujarku kepda dini. "Aku tau perasaan kamu Haf, aku mencoba memposisikan musibah itu menimpa aku, tapi cobalah sadar, mas satrio mu juga pasti sedih di alam sana kalau tau kamu seperti ini" ucap dini memberi ku semangat.

"Mas satrio...." ucapku lirih dan diam dari terguran dini tersebut. tiba-tiba aku teringat ketika mas satrio berkata "Haf sayang, Tahu engga kamu, Allah tidak akan menguji sesorang melebihi kekuatan manusia dalam menerima ujian itu" saat itu aku hanya diam dan tersenyum memandang mas satrio, dan dengan nakal aku berkata " ya iyalah..., kan Allah pasti sayang sama mahluknya ya engga mas" ucapku. "betul Haf, dan ketika Allah menguji sesorang, berarti dia akan mengangkat drajat orang tersebut" imbuh mas satrio menimpali perkataan ku, dan aku hanya tersenyim dan hanya melanjutkan makan, Mas satrio hanya tersenyum manis, mas satrio adalah sosok yang tidak pernah masrah sekalipun kepadaku.

"Haf.." ujar dini menyadarkan aku dari lamunan. "iya dini terimakasih, ucapanmu persis seperti perkataan mas satrio ucapku" aku hanya diam dan menatap komputer ku, dan biasanya mas satrio biasa menyapaku dalam YM ataupun GTalk, dia seorang yang perhatian. dan tanpa sadar aku membuka sebuah blog yang biasa kami buat, dan menjadi catatan pribadi kami, disana tertampang wajah mas
satrioku ketika kami piknik ke Daerah ujung genting sukabumi bersama sahabat-sahabat mas satrio, atau ketika Kami mengikuti lomba Balap sepeda yang diadakan oleh kantorku.Di blog itu banyak terdapat puisi-puisi yang menyentuh dari mas satrio sebagai ungkapan cinta epadaku, mas satrio orang yang romantis. beberapa puisi yang aku suka adalah selalu sekuntum rindu.

Selalu sekuntum rindu
kukirimkan oleh ku untukmu
Rindu yang kukemas dalam keinginan satu
Satu Yang selalu diam dan membatu

Kini tumpah ruah segala kisah
kusampaikan dalam monolog bisu
tanpa air mata kesedihan tak bertuah
hanya hening di hela nafas membelenggu

tapi Angin ini masih setia
meski cinta meringkuk di nebula fana
ia tetap berjaga sampai sinar terakhirnya
Akan terjaga sampai akhir nafasnya

dan aku bermeminta, jika ini mimpi indah,
jangan pernah ijinkan pagi datang membangunkanku.
biarkan ku terbuai di kawah Mimpi cinta
di atas awan tanpa membelenggu rasa bersanding Duka

Puisi yang dikirimkannya saat dia akan melamarku. oh indahnya puisi ini, semakin jauh ku terlena dalam hayalan masa lalu tentang mas satrio ku. Cinta yang kami jalani begitu indah, mas satrio selalu menggandeng tanganku, dia tidak pernah mencium ku, Eh salah deh pernah sekali hanya di

kening karena dia bilang takut terbawa dalam Zina, dan kami tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang agama. karena mas satrio selalu berkata "Tuhan akan membuat semua indah pada waktunya"

*********************
Setahun berlalu, "Kamu tidak berniat mencari kekasih lagi haf" tanya dini kepadaku, "Belum, hati ini masih milik mas satrio" ujarku kepada dini, "bukanya sudah waktunya, apakah kamu mau menjadi perawan tua" ledek dini kepadaku suatu hari. Saat ini kondisi psikis ku sudah mulai membaik, aku sudah bisa menerima semua yang terjadi, " membuka hatiku untuk orang lain, mungkinkah" tanyaku kepada diriku sendiri.

"hai bidadari.. salam kenal ya.." ,sebuah sapaan hangat dari seorang yang menggunakan user Id “Cowok ganteng” dalam Gtalk ku, "salam kenal cowok ganteng" balasku, ini lah kali pertama aku membuka diri.sesorang dengan bernama asli Ramdan Sudrajat mengajakku berknelan, setelah sekian waktu, kami menjadi akrab, dan ramdan mengajaku untuk kopi darat di suatu tempat di bilangan blok-m.pada Awal aku sangat berharap terhadap ramdan untuk bisa membantu memulihkan luka hatiku, pada awal pertemuan, semua berjalan dengan baik, karena aku datang duluan dan duduk terlebih dahulu di Resto Pizza. tetapi ketika semua berakhir, dia ingin mengantarku pulang, terlihat tatapan yang aneh ketika dia mengetahui kaki kiri ku tidak berfungsi semestinya.

"kamu pincang ya" sebuah pertanyaan dari ramdan yang begitu menusuk hati, menyengat dan menyayat hati ini, aku hanya tersenyum menjawabnya. Semenjak mengetahui bahwa aku pincang ramdan tidak pernah menelphon ku kembali, ataupun chat kembali dengan ku di Gtalk. "inikah perlakuan dunia kepada orang cacat" batin ku meratap, dan hal ini kembali menjatuhkan mentalku lagi. "ya tuhan apa apakah orang cacat tidak boleh merasakan cinta" tanya ku dalam hati sembil menumpahkan air mata.Dan kembali ku buka blog diary harian kami pada platfom blogger,dan aku tumpahkan segalanya pada blog tersebut, dan aku membuka catatan lampau, sebuah tulisan mas satrio "Semua orang pasti punya hari-hari terberat, tergelap, tersulit dalam masa hidupnya. Orang optimis akan berkata “hidup hanyalah bagaimana caramu menghadapinya! sedangkan yang pesimis akan berbisik buatlah pilihan yang tepat, karena akan mempengaruhi seluruh hidupmu" begitu tertulis disana ketika aku lagi bt dan cemberut serta memarahi mas satrio dulu. sebuah tulisan yang membuat hatiku tenang kembali.

Aku pun semakin bersyukur telah memiliki mas satrio. "Alhamdullah ya Allah atas semuanya" bisiku dalam hati kala itu."Din.. apakah orang pincang tidak berhak disayangi" ucapku kepada dini, "tidak semua orang berhak disayangi, itu hanya ramdan saja yang keterlalulan" dini mencoba menenangkanku. "sabar ya Haf.."

Dini kembali menenangkanku. dia menemaniku hari minggu ini, karena kemarin sempat aku sms untuk datang kerumahku untuk mendengar keluh kesahku ketika aku bercerita pertemuanku dengan ramdan di blok-M sore itu. Dini kini sahabat yang bisa kupercaya dan bisa menerima kekuranganku, "Ya tuhan semoga tidak kau ambil sahabatku yang tinggal satu ini" doa dan harapku dalam hati.

Tiga Bulan berlalu, " Din besok temani aku ke Matahari ya, aku mau cari baju" ajakku kepada dini, "ceila yang abis dapet bonus dari pak banu, langsung belanja deh si non satu ini" ledek dini kepadaku. "mau engga, nanti aku teraktir deh, di The Buffe" rajukku kepada dini. "the Buffe, bener nih, oke deh aku mau" dini segera menyetujui permintaan ku, karena dini dari beberapa hari yang lalu pernah bercerita tentang restoran tersebut, dan dia berkeinginan untuk pergi kesana.

"Nih baju nya bagus" kata dini sambil menunjukan baju yang memang menarik, "tapi baju ini terbuka din, biasanya mas satrio melarangku menggunakan baju yang terbuka, karena bisa menarik birahi laki-laki"aku teringat nasihat mas satrio kepaku. mas satrio paling sebal melihat perempuan menggunakan baju terbuka,"sekalian aja telanjang, jangan pakai baju, dari pada pakai baju percuma" itulah ungkapan kesukaan mas satrio ketika mengutuk wanita yang pakai baju you can see. akupun kembali teringat mas satrioku lagi.

"Nah sekarang kamu teraktir aku ya, kan udah beli bajunya" ajak dini kepadaku, dan kamipun segera keresto All You can Eat tempat yang diingini oleh dini. Kami memilih meja di pojok, dengan pemandangan menghadap jalan. "indah nya dunia ini, kalau ditraktir sama kamu haf' seru dini kepadaku. "Ya Iyalah.. kan gratisan...." ucapkku kepada dini. "hari Gini nolak yang gretongan...rugi lagi..." ucap dini centil kepadakku. Saat itu kami begitu bahagia, seakaan masalah yang kuhadapi sedikit terangkat dangan kebahagian kami.

"hai boleh kenalan, nama saya butet.." ujar seorang pria menghampiri meja kami. dan aku dan dini saling berpandangan. Butet sosok pria yang sempurna, sosok pria metropolis dengan segalaatribut yang mewah yang dimilikinya. dan pertkenalan itu berakhir dengan pertukaran nomer HP.

"Assalamualaikum...Asalamualaikum...Asalamualaikum" dering Hpku berbunyi, 081575412346... siapa ya" gumamku dalam hati. "hallo, masih ingat siapa ini tidak" ungkap suara di sebrang dengan rasapercaya diri yang tinggi. dan ternya pria yang berkenal dengan ku di resto All you can eat dulu menghubungiku. Butet adalah sosok yang tajir dan memiliki segalanya.

Setelah beberapa lama aku dan butet berkelan aku mencoba membuka hatiku kembali, butet orang yang baik dan ramah, tetapi suaranya yang agak keras yang membuat ku terkadang takut. "maklumlah aku ini keturunan batak bah, jadi suara ku seperti ini" ucapnya kepadaku waktu ku minta dia untuk tidak berkata keras.

"Din, aku pulang duluan ya..." ujarku kepada dini, karena sore itu butet menjemputkku, "ceilah yang lagi jatuh cinta.." ujar dini meledekku. "mau kemana, jangan pulang malem-malem ya.." ujar dini mengitkuti perkataan yang biasa ibuku katakan kepadaku. "oke deh ibu..pulang dulu ya" aku menyahut bang buttet menyemputku dengan sebuah sedan mewah, mobil sedan dengan lambang kucing di depannya.

"hai.." sapa buttet kepadaku "Hai juga " jawabku, aku seperti kembali abg ketika bersama, buttet, buttet mengajaku menonton Sebuah Film di Mall Kelapa Gading. kami menikmati pertunjukan film tersebut, tapi buttet tiba-tiba memegang tanganku, lalu aku menepiskan tangan tersebut, "malu dilihat orang kataku" dan Butet hanya diam tak menjawab.

Tapi apakah buttet memang tipe laki-laki flamboyan, atau memang seorang playboy sejati di berusaha mencium bibirku, dan memegang payudaraku. "bang.. apa-apa ini" sahut kumarah, dan aku segera keluar bioskop, aku merasa ada yang tidak beres, dan buttet mengejarku."kamu maksudnya apa sih, kok seperti itu" tanyaku kepada buttet, "aku cinta padamu haf" jawab Buttet, "apakah cinta harus seperti itu..kamu seharusnya menjagaku bukan melampiaskan nafsumu seperti itu" ujarku marah, dan aku segera mencari taksi dan berlari pulang dengan lelehan air mata di pipiku. "din, malam ini bisa main kerumah tidak " aku coba mentelphone dini sahabatku.

Dan sesampai dirumah aku sampaikan keluh kesahku kepada dini, tentang kekurang ajaran yang dilakukan bang buttet kepadaku."Dasar laki-laki berengsek" ungkap dini menahan kekesalan yang dilakukan buttet kepadaku. "Din, kata mas satrio dulu, laki-laki yang mencintai kamu, akan menjaga kamu sampai jenjang pernikahan, dan dia tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh" kataku menirukan kata-kata yang pernah diucapkan oleh mas satrio dulu.

Di luar hujan gerimis malam itu. Airnya berjatuhan di kaca jendela. Aku melihat bayang mas satrio yang beranjak pergi. . Diam tak bersuara. Matanya sibuk menyibak riak di sudut mataku. “Jangan menangis! dan Ingat lah tuk kembali kepada Allah dan berdoa” aku berada di dunia lamunan yang maya. “Jangan berkedip, nanti air matamu jatuh,” ketika aku mencoba menggapai tangan mas satrio, dia pergi menembus tajamnya hujan. ah aku berhalusinasi. ku lihat dini terlelap disampingku, dini memutuskan menginap di tempatku malam itu.

Dan aku segera mengambil sebuah mukena yang diberikan mas satrio dulu, ku hapus air mata ku dan aku berdoa kepada Allah atas ke khilafan ku telah mengutuk dan memakinya ""Robbi adkhilni mudkhola sidqiw wa akhrij ni mukhroja sidqiw wa ja `al li miladunka sulthonan nashiro " dan kulanjutkan bermunajad kepada Allah "Ya Allah masukkanlah aku dengan masuk yang baik keluarkanlah aku dengan keluar yang baik dan berilah aku pertolongan langsung dari sisi Mu, Amin"

****************************
Seminggu dari kejadiian itu, "Haf, ada undangan reuni nih, dari sMU kita" dini menyodorkan undangan, "kok aku engga dapet ya din" tanyaku kepada dini, "Kamu dah dilupain kali haf.." dini kali ini menggoda ku.

Pagi itu di bulan January, pagi yang indah dan kulihat awan putih di angkasa, awan-awan yang putih itu di membentangan di langit biru adalah pulau-pulau kapas. Kadang, awan itu membentuk bentangan air terjun yang membeku, atau gunung karang putih yang mengambang di lautan biru. dulu aku dan mas satrio sering melihat bentangan awan putih yang indah.

Dulu Kami pernah Sehari penuh diam mengamati setiap perubahan yang ada di langit sana. Dan ketika awan-awan itu kian memerah dan akhirnya hilang oleh gelap malam, baru kami berjalan pulang ke rumah, Dia dengan jenakanya disapanya rumput, batu, tanah dan perdu. Disenyuminya angin yang dengan nakal menyusup-nyusup di sela rambut mas satrio. "mas aku kangen dengan kamu" ucapku dalamhati.

"Assalamualaikum" dini kali ini membuyarkan lamunanku..."Walaikum salam, masuk din" ujarku, "kok bengong sih, dan kamu ini cantik, tapi...." dini berusaha menggodaku pagi itu. "tapi apa ayo..." tanyaku kepada dini. "Tapi kamu bau, belum mandi" dini tertawa cekikikan menggoda aku lagi. dan aku kesal aku lempar dini dengan bantal yang ada dikursi, dan terkena mukanya. Sahabat ku yang satu ini berusaha keras menghiburku, aku tak tau apa yang terjadi kalau tidak ada dini. "aku mandi dulu, baru kita berangkat ke reuini sekolah itu" Ucapku kepada dini.

Akhirnya kami datang ke SMU dulu, begitu banyak sahabat yang dulu satu sekolah dengan ku, ada yang sudah menikah dan membawa anak dan keluarganya, ada yang membawa kekasihnya, dan ada bazar disini, "Assalamulaikum, Haf ya..." seorang pria menyapaku, "walaikum salam, kamu siapa ya" aku lupa wajah laki-laki itu.

"Aku Heru andrianto, yang dulu sering menjahilimu" ucap laki-laki itu, "kamu yang dulu kurus, dan kumal ya" ucapku "dasar kamu. menghina ya.."ucap laki-laki itu."Gimana kabarnya haf.." tanyanya. "kepadaku. "Aku baik suf" kataku menjelaskan. "Kamu dapat salam tuh dari mono, mantan mu dulu.." jawab yusup. "Darmono Maulana.." ucapkku perlahan. "ya iyalah.. orang dulu ngefans banget sama kamu, sampai saat ini pun dia masih naksir kamu kayanya"

"Assalamualaikum, Gimana kabarnya Haf" seorang laki-laki bertubuh gempal menghampiri ku, "Walaikum salam, ini mas mono" ucapku tidak percaya, "Iya ini aku haf.." dan dari perjumpaan itu aku bertukar telp dengan mas mono, kami sering berkomunikasi setelahnya.

**************
"Iya mas Calonku telah meninggal mas satrio namanya" ucapku chat dengan mas mono, dia memberi User IDnya pada Yahoo Masengger (YM) kami sering berdiskusi banyak. Dan setelah pertemuan yang tak diduga aku sering bertemu dengannya, bersama dini, sepertinya dini pun dulu pernah menaruh hati kemana mas mono.

Gunung es itu telah cair dan hati ini seakan menemukan beranda Untuk persinggahannya terang benderang. Mawar yang ada di pot kecil di beranda itu seakan berkembang dan mengharum. "kamu jatuh cinta sama mas mono" tanya Dini. "he..eh" jawabku kepada dini, "dan "ku harap ini tidak seperti Butet dan Ramdan" ucapku kepada dini "sudah lah Haf.. kita pasti pernah mengalami kegagalan" ucap dini.

Hari ini tanggalan berwarna merah, Mas mono mengajaku untuk bertemu dan berekreasi berasama Heru, Dini, dan beberapa rekan lainnya, sepertinya rekan satu kantor mas Mono. dan di kami rekreasi ke kebon raya bogor, kami berangkat menggunakan kreta pakuan ekspress dari stasiun depok lama.disana aku banyak berbincang dengan mas mono.

"Mas dah pernah pacaran , ya?" tanyaku "Ya...dengan seekor kupu-kupu," candanya. Aku itu tergelak, "Cantik, tentunya..." "Ya. Secantik kupu-kupu. Serapuh kupu-kupu..." ungkap mas mono

"Ke mana dia sekarang?"

"Terbang. Bukankah kupu-kupu selalu ingin dikejar?" Kembali aku tersenyum mendengar perkataan mas mono "Kok, Mas tidak mengejarnya?" "Capek." ujarnya "Capek? Kalau begitu selama pacaran Mas mengejar dia terus-menerus?" tanyaku menyelidik "Ya." jawabnya singkat.


"Mas tidak suka mengejar perempuan, ya?" tanyaku kembali "Ya. Capek." kembali sebuah jawaban singkat dari mas mono "Mas tidak mencari pacar lagi?" tanyaku kepada mas mono "Tidak. Capek."

"Capek terus, sih?" jawab ku menggoda mas mono, "Ya. Hidupku sudah amat melelahkan. Kamu sendiri ke mana saja selama ini?" tanyanya kepada ku kali ini "Jalan-jalan." jawabku

"Ke mana?" Tanya mas mono kembali "Ke mana saja, asal tidak di rumah." jawabku "Mengapa?"

"Capek?," jawabku singkat menirukan gaya bicara mas mono. Keduanya kemudian tertawa bahagia. Sebuah dunia yang aneh, yang aku rindukan Setelah sepeninggalan Mas Satrio.

"aku dengar, kamu mau pernah hampir menikah. dan terjadi kecelakaan ya.." tanya naya kepadaku

"Tahu dari mana?"
"Tuh, dia yang mengatakan padaku?," jawab mas mono menunjuk pada dini Setelah itu hening. Setelah hening, "Aku capek Mas. Semuanya sudah ditentukan takdir buruk menimpaku, sebuah kepediahan yang dalam"

"kamu mau engga Selalu menemaniku mas" Mas mono diam. "Ada syaratnya...," akhirnya mas mono kembali berkata berkata. "Apa?" Tanyaku "Kau harus mau menikah denganku" ucapnya dengan muka serius kepadaku "Mengapa?" tanyaku dengan penuh keterkejutan

"Ya?pokoknya harus," jawab mas satrio sekenanya. "Kalau?pacar?" jawabku menjawab dengan asal "Wah..." "Kalau pacar, gimana?" "Ya?mmm... gimana, ya?" "Kita pacaran dulu."

"Ah, kamu kayak kupu-kupu." "Tidak. Kupu-kupu hanya memberi isyarat agar dikejar. Aku tidak ingin kejar-kejaran. Aku hanya ingin kenal lebih lama."

"Begini, Haf," baru kali itu laki-laki itu mengucapkan nama ku, "tugasku untuk "menyembuhkan" kamu sudah selesai. Kamu, kan... sekarang sudah bisa bicara dan tertawa."

"Jadi Mas pergi? Lalu mengunciku dalam ruang kenangan?" "Tidak. Bukan maksudku begitu."

"Kalau Mas pergi, aku akan "pergi" lagi." "Jangan, dong..."

"Kenapa?" mas mono diam, dalam hati dia juga bertanya, apa sebetulnya yang tengah terjadi dalam hidupnya ini.

"Mas nggak merasa bahagia bersama aku?"
"Bahagia, karena melihat kamu bisa ceria lagi. Kembali lagi seperti dulu kala."

"Sok tahu. Aku nggak mau seperti dulu. Aku mau seperti besok, seperti yang akan datang..."

"Jangan aneh-aneh."
"Aku nggak aneh-aneh. Aku cuma kepingin bisa bicara apa saja yang aku suka. Aku hanya ingin tertawa, kapan saja aku mau. Dan itu semua hanya bisa kulakukan dengan Mas. Kalau Mas nggak ada, lantas...?"

"Bapak-ibumu nggak bisu, kan?" "Siapa, tuh?"

"Siapa, yang siapa?"
"Bapak-ibu."

"Hus. Sama orang tua, kok, begitu."
"Siapa yang orang tua?"

"Ah, anak sekarang. Dosa besar kamu mengingkari orang tua sendiri."

Mas mono menatap ku dengan pandangan menyelidik. Sepasang mata ku, kubiarkan seperti sengaja menyambut tatapannya. Seakan mempersilakannya masuk dan membongkar setiap relung dan liku yang ada di dalam hatiku.

********
Aku terjaga malam ini. Kulihat weker mungilku menunjukkan waktu telah lewat tengah malam. Setengah dua lebih sepuluh menit. Kamar ini masih terang karena belum sempat kumatikan saat aku tertidur sambil mendekap Fotoku dengan mas satrio.Ternyata kali ini nasib baik yang tengah menyelimutiku, ternyata Allah telah membuyarkan awan hitam dalam kehidupan ini, mas mono, berjanji akan melamarku bulan depan. Alhamdulillah ya allah ucapku.

Malam itu aku kembali melakukan sholat tahajut dan berdoa "Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain-Mu. Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku pun dalam ketentuan-Mu dan dalam janji-Mu, sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari sejahat-jahat kelakuan. Aku mengakui kenikmatan yang kau limpahkan kepadaku dan aku mengakui pula akan dosa-dosa-ku. Maka ampunilah aku, karena tak ada yang dapat menerima taubat atas dosa-dosa-ku selain Engkau sendiri. "

"Mas mono aku bersedia untuk menikah dengan mu mas, tapi satu syarat yang aku minta kamu harus penuhi mas" jawabku, "apa Haf..." tanyanya. "Mas kita berjiarah ke makam mas satrio, dan mas harus mengatakan dengan sungguh hati untuk memintaku menikah, seakan kamu minta ijin ke mas satrio, kamu mau kan mas" pintaku kepada mas mono."aku bersedia haf" dan kami pun berjalan ke makam mas satrio.

Setelah berdoa dan membacakan Surat yasin pada maka mas satrio, mas mono seperti berdialog dengan mas Satrio, "Mas Satrio, aku ingin menikahi haf,dan aku akan menjaganya dengan setulus hatiku" ucap mas mono di makam itu, hal ini bukan berniat syirik, tetapi aku anggap sebagai permintaan ijin mas mono kepada mas satrio, karena ingin menikahiku. Setelah itu kami pun beranjak pulang. dalam perjalanan pulang, di dalam sebuah Accord Biru, itu mobil pinjaman dari orang tua mas mono terlantun lagu naf yang menggambarkan keadaan ku saat ini.

"akhirnya kumenemukanmu…, saat hati ini mulai merapuh akhirnya kumenemukanmu…, saat raga ini ingin berlabuh. kuberharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku jika nanti ku sanding dirimu miliki aku dengan segala kelemahanku dan bila nanti engkau disampingku jangan pernah letih tuk mencintaiku" aku bernyanyi disamping mas mono saat itu

"Sebuah lagu yang dulu pernah mas satrio nyanyikan untukku, akhirnya Allah memberi seorang pendamping hidupku, Ya Allah maafkan aku telah berburuk sangka kepada mu, maafkan aku telah mengutukmu ya Allah, aku hanya insan lemah yang penuh dengan prasangka..." ucapku dalam hati sambil mengengam tangan mas Mono.

"selamat ya haf", ucap dini, ketika acara lamaran mas mono dengan keluarga besarnya berkunjung kepadaku untuk meminangku, dan pernikahan itu ditetapkan pada tanggal 5 Mei tepatnya 2 bulan dari saat ini.

Tiba saat pernikahan ku dengan mas mono, dan kami berdua mengenakan pakaian pengantin putih, aku duduk bersanding di samping mas mono, dan mas mono dengan memegang tangan ayahku, mengucapkan ijab qabul untuk menikahkan aku "Saya Terima nikah dan kawinnya Hafsari Kusumaningtyas, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" dan ijab-Qabul tersebut berjalan dengan lancar. dan mas mono kini mencium kening ku.

Kini aku telah menikah, dengan orang yang baik, dan sabar mas Darmono Maulana, aku kini ihklas dengan takdir cinta yang terjadi padaku, dan Allah telah membuat semua indah pada waktunya. semua menjadi lengkap dengan anugrah yang tidak terhingga, dengan kelahiran Putra pertama ku yang kuberi nama "Satrio wirasatriadji Maulana" mas mono tidak keberatan atas pemberian nama itu. dia mengerti akan perasaan yang ada pada aku istrinya.

Dan seperti yang dikatakan mas Satrio, bahwa "Allah tidak akan memberi cobaan kepada manusia, melainkan pada batas kemampuan manusia tersebut, dan Jika kita menerima ujian, berarti Allah sangat menyayangi kita, dan akan mengangkat drajat kita" ternyata janji Allah adalah benar.

Dan aku pun melakukan sujud syukur atas semua yang rahmat yang diberikan olehnya sambil berdoa "Duhai Tuhanku, karuniakan padaku ilham agar aku selalu mensyukuri nikmat-Mu yang Kau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku selalu beramal shaleh yang Kau ridhai. Karuniakan padaku kebaikan dalam keturunanku, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri"

2 komentar:

az-zahra collection mengatakan...

bagus banget ceritanya...org membacanya seperti terlibat di dalamnya..

Unknown mengatakan...

ceritanya bagus....jadi terharu membacanya. terus berkarya yach.....