IqEwVr5RYHY5lcozd7fQs7f4kHQ
Pergilah Cinta - Bisik Angin Tuk Bidadari

Pergilah Cinta


Pergilah Cinta

"Sampai detik ini, aku tidak pernah tahu bagaimana wujudnya cinta; apa itu cinta? Abstrakkah? sesuatu yang mendayaguna? Atau, suatu keyakinan yang bernyawa? Ah, entahlah! Yang pasti; cinta

itu memang tak sebatas definisi, bukan penjabaran kata konkret, bukan pula amalan hati yang terlampau bias. Bukan itu. Sama sekali bukan itu.Barangkali cinta itu memang rekaan yang melegenda. Memuat kisah-kisah yang beragam dibalik rahasianya yang terselubung. Aku memang bingung bila harus menjelaskan definisi cinta.

Aku tidak tahu. Bahkan benar-benar tidak tahu.Hanya satu yang kutahu; bagiku cinta itu adalah kenikmatan yang membawa jiwa ini terbangSelalu ungkapan itu saja yang aku utarakan, setiap kali aku menatap lembayung yang nyaris tenggelam karena kuperhatikan dari jarak sejauh 12meter dari hadapanku. Marah barangkali. Atau ia terlampau benci karena aku perhatikan. Aku memang
pantas

untuk dibenci siapapun. Termasuk lembayung yang dahulu tersenyum ramahpadaku. Senyuman yang tak pernah kudapatkan lagi hingga hari kini.". Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Aku menunggunya. Tapi apa yang terjadi? Setiap kali aku bertanya dengan
pertanyaan yang serupa, tak ada jawaban. BarangkaliCinta memang sedang berpikir, barangkali Cinta memang butuh banyak waktu lagi untuk berpikir. Selalu keyakinanku yang berkata tanpa curiga sebagai penyemangat jiwa yang mulai surut akan penantian. Sekali lagi aku tetap ingin menunggu, dan terus menunggu. Hingga datang waktu ini.

waktu dimana aku mulai muak dengan ungkapan "nama lain dari cinta adalah penantian yang abadi",
waktu dimana semua hal yang kulakukan selama beberapa tahun lamanya terasa sia-sia."aku bermimpi lagi" ucapku pagi itu.

***********
Pagi itu aku bangun terburu-buru, rupanya sang mentari bangun lebih cepat pikirku, dengan langkah kupercepat aku baru saja keluar dari tempat parkir mobil.dan aku Berjalan perlahan menuju lift. Senin pagi yang buat sebagian orang bermuka masam. Bagiku hari-hari sama seperti kemarin. Tidak perduli Senin, Selasa atau Jumat sekalipun. Rutinitas yang bagiku terasa sudah mendarah daging.

"Pagi Gus" seorang teman menyapa saat keluar dari lift. "Pagi Dita". aku pun menggesekan kartu absen pada pintu agar pintu bisa dibuka dan sekaligus tanda absen bahwa aku telah hadir di kantor.

Seperti biasa pertama kali menghidupkan computer, membuat persiapan dan membaca email-email yang masuk. Seteguk teh manis kesukaan ku yang telah disiapkan mang ucha office boy di kantorku. "Kring...kring. .." tumben tiba-tiba telphone di depan mejaku berbunyi pagi-pagi.

Dengan sedikit mata masih mengantuk ku ayunkan tanganku untuk mengangkat dering telphon tersebut "Hello gus, pa khabar?" suara seorang wanita diseberang sana. "Hello juga, siapa nih?", tanyaku sambil mengingat suara disebrang sana. "Udah lupa ya sama saya?" suara di seberang telephon
mencoba mengingatkanku. "Maaf siapa ya, tolong jangan main-main aku lagi sibuk nih" ucapku mencoba menanyakan penelphon tersebut. "Tuh kan…pasti sudah lupa, coba kamu ingat-ingat siapa teman mu yang ulang tahun hari ini".

Aku pun terbatuk seakan terkaget dengan ekspresi penelphon tersebut, aku memang selama ini suka mencatat teman-teman yang ulang tahun, tapi tidak pernah mengingatnya. ku coba cari buku catatan sahabat yang ulang tahun. teman ku atau seorang yang pernah aku ajak chat atau seorang sahabat dari milist di internet. ku telusuri dengan hati-hati "wina, kah" ucapku bergumam. dan pikiran ini melayang jauh sudah 3 tahun aku tidak mendengar suaranya.

"Wina ya… apa khabarnya nih, selamat ulang tahun ya" aku mencoba melanjutkan pembicaraan. "Baik gus",jawab wina.

"Gimana khabar suami mu? udah punya anak berapa?" aku bertanya.

"Baik juga gus, baru 1, wina sekarang di Jakarta".

"Oh ya? Sama suami? suamiya pindah kerja kesini?"

"Tidak, masih di gresik".

"Udah berapa lama di Jakarta?"

"Udah hampir sebulan nih".

"Loh kok begitu lama baru telpon saya? Dalam rangka apa? Kok suaminya ditinggal, ntar lari loh ke lain hati.he he he"

aku mencoba tertawa kecil, menertawakan ke bodohan ku yang jujur masih menyimpan rasa.Dan pembicaraan itu berlangsung hampir dua jam. aku terharu mendengar cerita Wina. Wina adalah mantan kekasihku yang dulu memutuskan aku, demi menikah sama lelaki yang lebih hebat dari ku.

Wina telah salah langka, karena memilih materi sebagai ukuran sebuah cinta. Dan aku tak punya itu. Aku hanya pria sederhana dan mencoba memulai karir dari bawah dan kesederhanaan itu lah yang wina bilang aku disukai banyak orang.

Desiran angin dari ac berpadu sengan tarian matahari dari jendela tepat berada di sampingku masih setia menemaniku. Mungkin mereka menganggapku bagian dari mereka, mengajakku untuk terbang dan melayang bersama dengan bayang-bayang masa lalu. Hatiku tersentak saat Wina menanyakan apa aku sudah menikah. aku terpaksa menjawab dengan nada pelan.

"Belum win… ngak laku-laku nih, he he he, "Cinta saya telah dibawa angin, dan tak pernah kembali lagi, ingat cinta ku hanya untuk bidadari berkacamata, dan berkulit putih dari kehidupan ku yang lalu".

Jawaban klise yang membuat Wina mengenang masa indahnya bersama ku. Dia menyesal telah menghancurkan hati ku dan semuanya tak bisa berbalik lagi, wina bercerita.

pikiranku melayang ke masa lalu. Aku teringat saat jalan-jalan berdua dengan Wina ke Yogya. mampir ke Borobudur, pantai parangtritis dan tempat wisata lainnya. ku buka laci mejaku, mengeluarkan album dan memandang photo kenangan bersama Wina. "Sungguh indah senyum mu". aku berbisik dalam hati. Mata bulat sebening embun. Senyum merekah tanpa dosa. Lesung pipit
mempermanis tawanya. Sungguh gadis yang sangat cantik. Dagu lancip yang enak untuk dikecup, rambut lurus hitam yang sering menutupi wajahnya. Membuat aku susah untuk mencari penggantinya. Hasratnya telah tersalurkan saat itu, walau terasa Wina sangat agresif dan penuh pengalaman. Seminggu yang indah dan seminggu yang susah buat dilupakan. Betapa indahnya hidup bila bersama dengan wina selamanya. Tapi dia menkhianati cintaku membuat hatiku pun hancur.


aku susah mengelak ajakan Wina untuk ketemuan nanti sore sepulang kantor. Ada yang perlu dia ceritakan.walai berat hati untuk pergi, karena bagaimanapun aku tak pernah percaya lagi sama namanya wanita. Dia hanya perduli dengan kerja dan kerja, untuk menjadi kaya, karena dalam pikiranku wanita hanya peduli dengan kekayaan bukanlah cinta seperti yang ku miliki.

Waktu terasa begitu cepat jalannya. Sebentar lagi dia akan berusia 35 tahun.
Dan teman-teman lainya sudah asik menimang-nimang anak. Di dalam hati ada kesepian yang sangat. sebenarnya akupun membutuhkan perhatian dan cinta. Namun aku takut memulai. Tak banyak wanita yang ku kenal di sekeliling hidupku. mungkin aku telah patah arang. Benar kata orang, bila wanita putus cinta, mereka akan bertambah cantik dan bertambah gaya. Bila pria putus cinta makin kusam, hidup ngak teratur dan tampang makin jelek.

Itulah yang terjadi pada ku. dalam Masa 3 tahun bersama Wina hilang begitu saja, saat Wina mengabarkan dia menerima tunangan dari mamanya. Baginya itu adalah alasan yang dibuat-buat.

"Wahai jiwa yang berada di dalam rasa dan diriku, apakah aku terlalu banyak berdialog dengan diriku sehingga aku kurang mampu berkomunikasi dengan lingkunganku ? Apakah aku adalah orang yang selalu berpikir picik dalam kehidupan ini? Apakah aku terlalu egois terhadap diriku sendiri?"
pertanyaan batin ini menyeruak dan bermain dalam lamunan hati aku pun bertambah hancur.

Ini adalah cinta ke 2 yang kandas. Satu tahun aku menjadi kacau sampai-sampai aku pernah hampir di PHK dari pekerjaan. Sebab jarang masuk kerja dan kalaupun masuk ngak ada kerjaan yang beres pada waktunya. Untunglah atasanku sangat baik padaku dan sering memberi semangat hidup. Kebiasaan minum di bar sudah setahun ini dia hentikan. Dan dia tidak pernah bikin malu lagi dengan teller di bar atau di jalanan.

sering Gelap dalam pikiranku tak seperti terangnya sinar matahari. Kulihat cahayanya menyilaukan mata, panasnya membuat dahi mengeluarkan keringat. Aku hanya bisa mengusap keringat itu dengan lenganku sebagai tanda bahwa aku kelelahan. Mana sempat aku bawa sapu tangan dari rumah dengan kondisiku saat itu. "Ya Allah, sepertinya aku tak sanggup lagi menahan semua ini",
begitulah gelora dalam batinku.

************ *****

Pukul tujuh sore telah tiba, akupun buru-buru pulang untuk menepati janjiku harus bertemu dengan wina di sebuah resto favoritku. Dan Kamipun duduk berdua di sebuah meja makan. Untuk makan malam.
Cahaya lampu neon berubah wujud wina menjadi bidadari cantik, menggetarkan hati ku. Begitulah kiranya hasil proyektor otak ku. Kulitnya yang putih tak mungkin terbakar oleh sinar itu, , saat-saat seperti ini hatiku

membutuhkanmu untuk memadamkan asmara yang kian memuncak ketika aku merindukanmu setelah 3 tahun berlalu. Isi hatiku pun tak mampu keluar dari mulutka. Ah, yang bisa dilakukannya hanya diam, bicara hanya mampu melalui mimpi atau saat Ia lagi sendiri.

Wina ternyata telah berubah, makin gemuk dan wajahnya tak secantik dulu. Ada raut penderitaan di bola matanya. Setelah selesai makan merekapun bicara ke inti persoalan. Tak terasa ada air mata di wajah Wina. aku pun mendadak terharu. Cerita yang dia lontarkan cukup mengagetkan ku. Aku berpikir Wina pasti bahagia hidupnya.

Ternyata tak seperti perkiraanku. Suaminya ternyata seorang don juan. Punya banyak simpanan wanita. Jarang pulang dan kalau pulang pun hanya pertengkaran yang ada. Sejak anak pertamanya lahir suaminya berubah. Kasar dan suka memukul.

aku hanya terdiam dan tak sanggup berkata. aku adalah orang lain sekarang bagi Wina. Dan semuanya tak akan bisa kembali seperti dulu. aku sadar, tak baik bagiku menjadi orang ketiga di keluarga wina. Itu akan menambah persoalan baru.

Lamunanku kembali buyar.wina menyadarkan aku, mungkin karena hatiku menghibur diriku yang selalu kesepian ini, membuatku dapat tersenyum cerah tanpa beban dihadapan wina.

"gus..maafkan Wina ya. Wina telah menghancurkan hati kamu, dalam hati kecil Wina, Wina masih mencintai kamu. Dan tak akan hilang sampai kapan pun, terimakasih kamu telah mau menemani malam ini". Wina pun mencium pipi ku sebelum berlalu naik taxi pulang.

Tanpa terasa hari sudah kian malam, dan selama dalam perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya bersyukur. waktu yang sempit sekali pun harus kusyukur

rembulan malam tepat berada di tengah-tengah ketika nada-nada itu tiba-tiba lenyap digantikan keheningan yang luar biasa. Keheningan yang membawaku menyadari ternyata aku benar-benar sendiri, dan aku yang telah terbiasa sendiri ini menjadi ketakutan, bukan takut karena aku seorang diri disini, tapi takut dengan kesendirianku yang selalu menyendiri, seperti sekarang ini. Aku tetap terdiam merenungi kesendirianku, kenapa aku selalu ingin sendiri ? dan berulang kali aku mencoba untuk bisa hidup dengan orang lain ternyata tetap tidak nyaman tidak seperti ketika aku sendiri. Mungkin aku selalu merindukan kesendirianku.

Aku termenung…aku tak tahu mesti berkata apa. aku pada posisi yang salah. Bagaimanapun rasa suka masih ada. Tapi cinta nya telah hilang buat Wina.Saat aku pulang samar-samar di radio di mobilku terdengar lagu dari "Selamat jalan kekasih... Manis yang berujung perih...Kisah ini terlalu indah tuk jalani ini semua". Tanpa sadar air mataku menetes di pipi. "Tuhan…kuatkan iman hamba" aku berdoa. Dan aku sadari aku pun tidak bisa memiliki wina ku lagi.. pergilah biarkan ku nikmati indah dirimu hanya dalam bayang-bayang sepi.

Aku terus berdoa kepada Allah. "Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih" biarkan aku ikhlas dalam melepas wina. takdirmu adalah nya segalanya bagiku. Pergilah cinta dengan rasa yang selalu kujaga. raihlah hidupmu. bukankah cinta tidak harus selalu memiliki. hanya pikiran itu yang ada di benak ku kini.

cerita ini hanya fiktif belaka, jika terdapat kesamaan nama dan kisah adalah tidak disengaja. Saran dan kritik dapat dikirim ke Erwinarianto@ gmail.com

Depok 3 April 2008


1 komentar:

Yudishtira mengatakan...

hmmmm cerita yang indah dengan sebuah ending yang menyentuh... ok mas.. sukses selalu, terima kasih